"Ini apalagi pak?" Begitu WA seorang teman, menanyakan pendapat saya terkait video yang dia kirim.
"Mungkin saja itu hoax pak."
"Jika hoax, kok banyak yang menanggapi dan mendukung pak. Lihat saja di komentar-komentarnya. Pusing saya pak."
Saya tersenyum. Wajar beliau kuatir. Perjalanan hidupnya sudah banyak menemukan persoalan negeri ini, yang membuat orang-orang seperti teman saya ini dicekam ketakutan dan kekuatiran.
"Tenang saja pak, biar nggak bingung, baca berita-berita mainstream saja." Begitu tulis saya singkat.
Hoax, memang telah menjadi komoditas. Bagi pembuatnya, ini adalah sumber ekonomi. Ceruk pasarnya terbuka lebar.
Bagi sebagian lainnya, Hoax adalah jalan perjuangan. Mewujudkan gagasan-gagasan yang dilandaskan pada ideologi dan kepentingan tertentu.
Infrastrukturnya dari hari ke hari semakin baik. Akses internet cepat, meningkatkatnya jumlah pengguna internet dari berbagai kalangan, beragam aplikasi gadget yang mendukung sharing antar pengguna, dan masih banyak hal lainnya.
Konten hoax yang dapat dimuati kepentingan, mudah diperoleh. Hanya butuh bumbu sedikit atau pemutaran fakta, hoax sudah dipercaya sebagai informasi valid.Â
Karena didukung oleh masyarakat kita yang latah, Â tanpa mau melakukan crosscek atas sebuah informasi. Ironisnya, tidak hanya dilakukan oleh mereka yang berpendidikan rendah, atau tak terdidik, tetepi juga oleh mereka yang berpendidikan tinggi. Bahkan juga pejabat negara.
Bagi mereka yang berjuang menggunakan hoax, tidak mengkuatirkan informasinya mendapat klarifikasi  atau mendapatkan bantahan. Karena kepentingannya adalah menyebarkan hoax secara masif dan viral.Â
Gagasannya atau maksud tersembunyinya jadi polemik, diperbincangkan banyak orang. Dan akan memberi ruang bagi orang-orang se- gagasan menemukan forumnya.
Pada kontek itulah, hit and run menjadi kekuatan pendukung vital. Mengomentari sekilas konten-konten hoax. Komentarnya kontroversial, menimbulkan perdebatan. Memancing orang lain memaki, atau meluruskan.Â
Tetapi jangan harap itu akan membuat pembuat komentar tersadar. Â Justru sebaliknya. Karena bisa jadi pembuat komentar-komentar itu adalah bagian dari pembuat konten. Buzzer. Mereka bergerilya dari satu konten ke konten berikutnya. Muncul, tetapi menghilang sesuai kepentingan.
Hoax, menjadi semakin semarak dengan kehadiran para gerilyawan itu. Keberadaan mereka menjaga eksistensi hoax sebagai "kebenaran". Menjadi sinergi antara kepentingan dan ekonomi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H