Meski bukan yang pertama, tetapi perayaan hari kemerdekaan di istana dengan dresscode pakaian adat tetap menarik dibahas.
Jokowi yang seringkali menampilkan simbol-simbol, membuat apa yang dilakukan memiki banyak ruang untuk ditafsirkan. Efeknya, seringkali menggairahkan ekonomi.Â
Setidaknya media tidak kehilangan berita dan kajian talkshow. Menyediakan panggung bagi pengamat, termasuk kompasianer. Tontonan menarik bagi warga masyarakat. Bukan hanya terbatas pada upacara bendera.
Sebelumnya beliau berpakaian adat Bali ketika berkunjung ke Malaysia. Barangkali ini adalah bagian dari konsistensi beliau dalam menjadi Indonesia. Â
Sebelumnya tagar, saya Indonesia, saya Pancasila. Mulai membiasakan dengan berpakaian adat dalam peringatan hari kemerdekaan hingga saat ini.
Gempuran budaya asing, tidak saja merasuki alam berpikir dan berprilaku, namun juga dalam soal berpakaian. Orang Indonesia nyaris kehilangan kebanggaan dengan pakaian adat mereka.Â
Alasannya pragmatis, ribet. Bahkan dalam perhelatan spesial sekalipun, acara pernikahan misalnya. Indikasinya sudah jarang saya temui pengantin berpakaian adat lengkap.
Pada periode keduanya, Jokowi ingin menekankan pada pembangunan SDM. Pembangunan manusia Indonesia yang komplit. Memiliki kebanggaan atas berbagai identitas kebangsaannya.Â
Manusia Indonesia yang berakar pada nilai-nilai kepribadiannya sendiri. Bukan manusia Indonesia yang justru menghidupi dan bertumpu pada nilai-nilai kepribadian atau simbol-simbol budaya asing.
Berpakaian adat memang bukan otomatisasi proses menjadi Indonesia. Menjadi warganegara yang berkepribadian sesuai dengan nilai-nilai keindonesiaan seperti yang dicita-citakan. Bukan. Namun, Jokowi paham posisinya. Beliau adalah sentral. Perubahan akan memiliki dampak lebih besar jika penggeraknya dari posisi beliau.