Sampai di Ambarawa kurang lebih jam 04.00 pagi. Sementara museum kereta api yang ingin kami kunjungi buka jam 08.00 pagi. Masih ada banyak waktu. Seperti rencana di awal, jika jalanan lancar dan kami kepagian sampai di lokasi pertama. Maka saya sudah mempersiapkan alternative lokasi yang bisa dikunjungi. Gua Maria Kerep Ambarawa.
Goa Maria Kerep Ambarawa
Beberapa anak peserta Live In, berkunjung ke peziarahan untuk berdoa adalah hal baru. Menurut saya membawa mereka ke tempat ini penting artinya. Selain menikmati keasriannya, juga bagi perkembangan spiritualitas mereka. Tidak sekedar pergi dan menikmati tempat-tempat wisata pada umumnya saja, tetapi juga berwisata rohani.
Di antara anak-anak ada yang tidak ikut berdoa, tetapi menurut saya, setidaknya tempat ini memberi pengetahuan baru. Bahwa ternyata, ada begitu banyak orang di sekitar mereka yang datang ke tempat itu. Dini hari dalam suasana dingin, untuk berdoa. Teladan bagi pembentukan mental spiritual.
Gua Maria Ambarawa, mendekatkan kebutuhan generasi milenial yang haus spot foto  dengan dunia spiritualitas. Kebutuhan hakiki manusia. Setidaknya ini menjadi pengingat bagi mereka yang datang ke tempat tersebut pada kebutuhan hakikinya. Mudah-mudahan demikian yang terjadi pada anak-anak murid saya itu.
Setelah berwisata rohani, kami lanjutkan dengan wisata kuliner. Penyedia layanan ini memiliki tempat khusus di parkiran Gua Maria. Sayangnya, belum banyak yang buka. Mungkin karena telah berakhirnya bulan doa Novena. Sementara, tempat lain juga masih belum buka. Bertepatan juga dengan bulan Ramadhan. Sehingga lokasi ini menjadi satu-satunya harapan bagi kami. Hal ini menjadi keberuntungan bagi seorang ibu yang membuka warung makannya lebih awal dari yang lainnya. Kami serbu, dengan menu favorit soto dan nasi pecel.
Meski harus menunggu beberapa menit museum kereta buka, kami tetap menunggu di depan gerbang. Lelah perjalanan Panjang Jakarta -- Ambarawa, belum sepenuhnya terusir. Goa Maria yang baru saja kami kunjungi, dan sarapan pagi, sebenarnya belum benar-benar mengembalikan vitalitas. Sehingga saya masih melihat beberapa diantara mereka kembali mendengkur di bis. Bahkan saya harus beberapa kali mengulangi instruksi untuk masuk ke lokasi museum setelah dibuka, mereka ogah-ogahan karena masih ingin melanjutkan istirahat.
Museum Kereta Api Ambarawa
Hanya dengan sepuluh ribu rupiah, itu pun beberapa orang mendapat diskon 50% karena membawa kartu pelajar, kami memasuki museum. Puluhan lokomotif tua menyambut kami, segera terbawa suasana ke tempoe doeloe.