Tulisan kali ini masih soal jadi guru di "zaman now" yang susah-susah gampang. Bagi guru yang baru saja lulus kuliah, mungkin jiwanya masih nyambung. Tetapi saya, yang meski oleh para alumni di bilang belum berubah dari zaman dulu, dalam banyak hal sudah nggak nyambung. Humor, salah satu metode yang bisa menjembatani gap antar generasi ternyata juga tidak selalu bisa jadi jembatan. Ada saja humor-humor yang tidak berhasil mengundang tawa, jadi garing. Padahal cerita humor yang saya ceritakan itu, jika saya ceritakan pada generasi saya, bisa jadi ketawanya nggak abis-abis. Coba, apa nggak ngeselin yang beginian?
Untuk menghadirkan tawa renyah saja, harus berjuang keras. Apalagi mengajarkan sesuatu yang membuat mereka jadi tidak sekedar tahu, tetapi paham. Perjuangannya bisa berlipat-lipat. Karena mengajar itu bukan soal menyampaikan materi, tetapi juga ada proses mengevaluasi materi yang sudah disampaikan. Belum lagi ditambah ada unsur pendidikan di dalamnya, jadi mesti mengkaji juga dari aspek nilai-nilainya bagi kehidupan. Pokoknya kompleks.
Persis sama seperti dunia medsos, anak-anak "zaman now" itu suka informasi yang sepotong-sepotong. Pendek-pendek. Mereka menghidupi dunia yang serba praktis. Jangan harap dapat menghardik mereka dengan pendekatan kekuasaan ; "gue guru loe murid, dengerin!" Bisa jadi kita dibully di medsos mereka, dan dijadiin memelucu. Â Meski kita juga nggak tahu, siapa yang mereka maksud itu. Semuanya serba tersamar dengan menggunakan bahasa HTML ala mereka.
Menyiasati itu, saya bikin lucu-lucuan sekalian. Habis jika mau dibilang serius, modalnya pengetahuan pas-pasan. Mungkin saja ini menabrak pakem,tetapi selama masih dalam koridor konteks, masih bisalah ditolerir. Untuk menarik perhatian, adakalanya saya menghadirkan aktris-aktris Korea ke kelas, atau aktor kartun Jepang. Padahal modal saya pas-pasan, pengetahuan copy paste dan sedikit edit. Jadilah cerita sejarah dan pengajaran sejarah dalam bingkai komik actris Korea atau kartun Jepang, juga beberapa video pembelajaran. Sejauh ini sih masih pakai aplikasi gratisan. Lagi pula ini bukan usaha komersial.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H