Ketika saya masih duduk di bangku SD,  setiap kali  guru bertanya; "anak-anak cita-cita kalian kelak menjadi apa?" Hampir separuh dari isi kelas menjawab ingin menjadi guru. Apalagi di kalangan para siswi, guru adalah profesi favorit.
Namun ketika seragam sudah berganti banyak yang kemudian merevisi cita-cita SDnya, bahkan ketika saya sudah duduk di bangku SMA, cita-cita sebagai guru nyaris tak terdengar. Apalagi saat-saat saya sudah duduk di bangku kuliah, padahal pada saat itu jelas-jelas saya sudah mengambil jurusan FKIP ataupun IKIP. Â Terang-terangan banyak diantara kami yang menyatakan tidak ingin menjadi guru. Kondidi ini diperparah dengan banyaknya perguruan tinggi keguruan, seperti IKIP yang ramai-ramai mengubah dirinya menjadi Universitas. Semakin menggerus kepercayaan diri kami sebagian mahasiswa keguruan untuk menjadi guru.
Jika Anda bertanya dari sekian banyak mahasiswa yang belajar di sekolah para calon guru alias FKIP atau IKIP, berapa persen yang dengan tegas menjawab jurusan tersebut merupakan pilihan pertama? Saat itu Saya meyakini pasti tak banyak, apalagi Anda bertanya nanti Anda mau mengajar di mana, wah pasti jawabannya macam-macam yang lagi-lagi tak menyinggung institusi sekolah. Aneh memang, tetapi nyata.
Bagaimana mungkin profesi yang selalu disanjung mengalami sedemikian krisis, dan selalu dicoba dihindari namun ajaibnya banyak yang terdampar dan berkecimpung di bidang ini. Inilah keajaiban itu!
Kenyataannya kini saya adalah seorang guru dalam pengertian yang sesungguhnya ; mengajar mata pelajaran sejarah di sebuah sekolah.  Tak ingin berlama-lama dalam kebimbangan saya  mencari dan terus mencari hal-hal yang bisa saya banggakan dari profesi saya ini.  Satu demi satu pazzel kebanggaan itu berhasil saya temukan. Hasilnya kini sedang saya nikmati. Alasan yang membuat saya dapat membangun kebanggaan itu diantaranya adalah hal-hal berikut ini.
Profesi yang kaya karena berbagi
Sekaya apapun seseorang, jika membagikan kekayaannya, sudah pasti kekayaannya akan berkurang. Tetapi tidak demikian dengan profesi guru. Kekayaan seorang guru itu berupa pengetahuan, semakin rajin ia membagikannya, semakin terasah pengetahuannya. Semakin diperkayalah dia akan khasanah pengetahuan yang ia geluti tersebut.
Profesi Yang Mengembangkan Sistem Pengendalian Diri
Kemanapun guru pergi, di dalam dirinya merasa selalu ada yang 'mengawasi', siapa? Tentu saja profesi yang di sandang itu sendiri. Sebagai seorang yang tidak hanya bertugas mengajar, guru juga melakukan transfer nilai-nilai kehidupan yang dianggap memiliki keluhuran. Sehingga dengan sendirinya, merasa 'tidak enak', tidak nyaman apabila melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan tatanan norma. Malu kalau dilihat muridnya.
Profesi yang Mengubah Pola Pikir
Tugas guru bukan hanya mengajari dari tidak tahu menjadi tahu mata pelajaran tertentu. Tetapi juga mengajarkan setelah tahu, untuk apa, mengapa harus tahu dan sebagainya ? Orientasinya jelas demi peningkatan kualitas kehidupan manusia berikutnya. Pada konteks ini, guru mengubah pola pikir, bukan hanya menambah pengetahuan. Sehingga ketika melihat para siswanya dapat menjadi tokoh perubahan, ada kebahagiaan yang terus menyelimuti hidupnya.
Profesi yang Otomatis menjadi Public Figure
Banyak orang ingin menjadi public figure, pengin punya banyak follower. Jika saya piker-pikir, Â dengan menjadi guru sebenarnya seseorang telah menjadi public figure, minimal di mata para siswanya. Bayangkan, jika seorang guru mengajar di sekolah yang jumlah siswanya 400, dan dia mengajar selama 10 tahun. Ada berapa orang yang telah mengenalnya, dan salah satunya mungkin menjadi fans berat dari guru tersebut. Sebab selalu saja ada siswa yang menempatkan salah seorang gurunya sebagai idola.
Sosok Yang Menjadi Rujukan
Profesi guru yang melekat pada seseorang, seringkali dijadikan patokan dalam memberi pendapat pada persoalan-persoalan tertentu dalam masyarakat. Jadi tidak lagi terbatas pada kewenangannya di sekolah atau di depan kelas. Profesi guru mendudukkan seseorang sebagai sosok pintar dan bijak, sehingga pendapat-pendapatnya layak didengarkan. Hal ini sangat terasa jika seseorang menjadi guru di daerah-daerah, terlebih daerah pedalaman. Merasa 'dibutuhkan' dapat membangkitkan tidak saja kepercayaan diri tetapi juga harga diri.
Tentu ini baru sebagian kecil dari banyak hal lain yang membuat profesi guru itu menyenangkan. Selamat hari guru!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H