Mohon tunggu...
Jucky Antik
Jucky Antik Mohon Tunggu... -

aku adalah manusia bebas. Bebas dalam beragama, bebas dalam berfikir, bebas dalam berlaku, dan bebas dalam berekspresi.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Semacam Rindu pada Senyum Seseorang

23 Maret 2014   19:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:35 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13955760541125140682

Foto nyeplek di http://1t4juwita.wordpress.com/

Probolinggo, 23 Maret 2014

JANUARI

: Semacam Rindu pada Senyum Seseorang : 06 01 2014
"Banyak orang bilang kalau hujan itu anugerah. Betul kan?"
"Ah, mereka yang bilang begitu tak sepenuhnya tahu dari mana dibuatnya hujan"
"Memangnya kau tahu?"
"Hujan itu sebenarnya kumpulan kenangan buram di masa kelam. Bahkan langit pun tak kuasa menahan kenangan, hingga langit melemparkannya ke segala arah berbentuk sepian kecil berupa tetes-tetes air. Nah, tetesan itu oleh orang-orang dinamakan gerimis, jika banyak menjadi hujan, jika menumpuk membentuk banjir. Kalau sudah begitu, tidak ada seorang pun yang menyukai banjir. Dan memang seharusnya begitu, hujan hanyalah senja di padang pasir, udaranya begitu kering."
"Kau selalu saja punya pandangan yang aneh-aneh. Di dunia ini tidak ada yang namanya..."
Belum selesai Ainun melengkapi kalimatnya, tiba-tiba Linda datang dengan wajah bersungut mendatangi kami yang sedang asik menanti hujan, kumpulan kenangan di masa kelam. Pakaiannya sangat berbeda dengan dulu kukenal. Sekarang dia bergincu merah terang, berkaos ketat hingga dadanya terlihat menantang. Jalannya seolah dibuat-buat, pinggul dipindah-pindah dari kanan ke kiri.
"Jangan lagi kalian berani berbincang tentang hujan. Karena hujan adalah kekasihku. Semua yang kalian bicarakan hanyalah kesia-siaan. Hujan itu jelmaan malaikat maut. Dia tak pandang bulu mau jatuh di daerah mana, karena itu memang tugasnya, membasah-ratai tanah bumi."
Ainun tak mau kalah, mulutnya mulai mencucu, pertanda ingin berkata panjang-panjang. Sebelum keluar sepatah kata, kututup mulutnya dengan mulutku. Dan dia hanya diam. Dia melepas mulutnya dari mulutku dan bilang "Kau nakal," kemudian dia tersenyum. "Nah, begitu Ainun, aku sangat senang melihat senyummu"

Jika datang waktuku padamu
Cukuplah kau dekap aku dengan senyummu

Senyum yang dibuat-buat itu sangat tidak enak dipandang. Lebih baik kau tanpa ekspresi saja saat melihatku, daripada membuatku muak melihatnya. Untungnya, senyuman palsumu itu sedikit mengobati rinduku pada senyummu. Teruslah tersenyum! 08/01/14

Benar-benar hari yang menyenangkan. Merasakan desakan dada yang menyesakkan. Ini artinya diriku ada semacam kecendrungan pada seseorang. Dia membuatku bingung, menunggu, resah, dan tak berselera makan. Ah, perempuan, kau bisa saja membuatku tersenyum dalam keresahan. 15 01 14

Aha!
Ini hari yang memaksaku menunggu pesan seharian tadi. Sayangnya pesan itu melayang. Semacam layangan terbang dengan tali terputus. Hanya angin yang dapat mengembalikannya. Ya, hanya angin. 15 01 14

: Leksikon Cinta : 15 01 14
Aku selalu ragu (sepertinya lebih tepat menggunakan kata "malu") untuk berkomunikasi online dengan orang yang bernar-benar kusukai. *karena biasanya aku menjadi lelaki bodoh, tak punya bahan cerita tetapi ingin sekali ngobrol dengannya*
Apakah ini suatu hal yang buruk?

: Semacam Penjelasan tentang Nama : 16 01 14
"Bagi seorang penulis, menyelipkan sebuah nama pada tokoh fiksinya bukan hal kebetulan, apalagi penghinaan, melainkan kekaguman, dan harapan. Harapan seorang penulis tidak sependek cerita pendek, lebih dari itu."
"Kau mencoba merayuku?" tiba-tiba Feeni muncul, tepat di depanku, menyahut tanpa pamit.
"Bukan begitu, Feeni, kau bukan tokoh fiksi"
"Sepertinya kau menjadi orang yang tidak konsisten. Bukankah kemaren kau bilang aku ini tokoh fiksi!"
"Jangan marah begitu padaku, lihatlah kata-kataku yang pertama"
"Baiklah, jadi kau sedang merayuku?" Pipi Feeni sedikit memerah, senyumnya seperti ditahan, kebiasaan wanita jika dirayu.
"Ah, memahamkan perempuan memang sulit, bahkan dengan tokoh fiksi sekalipun"
"Kau bilang aku ini tokoh fiksi!" Wajahnya tetap memerah tapi bukan karena dirayu.
"Astaga, Feeni, aku tidak sedang bicara denganmu, tapi dengan orang yang melihat status ini. Ayolah, jangan bikin dialog ini semacam dejavu,"
"Kalau begitu, lebih baik aku melenyap saja." Lalu Feeni pergi, terus melangkah, semakin jauh, semakin menjauh, tapi dia tidak lenyap, walaupun sepertinya dia telah berjalan jauh, aku tetap bisa memandanginya sejelas pertama kali dia muncul.
"Kau curang," Umpatnya bersungut-sungut. Wajahnya memerah, entah karena apa. "Mana mungkin aku bisa lenyap, aku kan hidup dalam khayalmu" Aku tak tahu kapan Feeni berjalan mendekat, tiba-tiba saja dia ada di hadapanku, menubrukku.

: Masalah Dewasa : 22 01 14
Semakin manusia mendapat masalah, semakin pula ia bertambah dewasa. Ialah apabila ia berusaha memcari solusinya, bukan menghindari atau lari dari masalah.

: Dejavu : 23 01 14
Lelaki itu sekarang hanya duduk termangu memandang lurus dengan tatapan kosong. Dia terlihat seperti sedang menunggu kenangan atau ingin melupakan seseorang. Dia pernah bercerita padaku kalau selama tiga harmal (hari malam) dia diteror perempuan nakal. Dikatakan nakal karena perempuan itu hanya menghubunginya selama tiga harmal, tidak lebih. Celakanya lelaki itu tertarik. Dan sekarang, lelaki itu seperti orang gila, mencintai (menurutku lebih tepat dikatakan 'merindui') seseorang yang belum pernah dilihat rupa wajahnya. Nomor yang menghubunginya sudah tidak aktif.

Kemaren dia tidur terlalu lama, sebelum tidur lelaki itu sudah berusaha mengingat lekat-lekat wajah si perempuan. Tapi tidak bisa. Pagi tadi dia bangun seperti orang linglung, rambutnya tak rapi sama sekali, mukanya berminyak, tidak bersemangat. Sekat wajahnya berkilap-kilat tertimpa cahaya mentari agak siang. Dia mandi tanpa sabun. Dia berlama-lama di kamar mandi umum. Aku hanya memperhatikannya. Semenit, lima menit, setengah jam, sejam, sejam setengah.... Tidak ada bunyi air terguyur di dalam kamar mandi tempat lelaki malang tadi masuk.

Aku penasaran kemana larinya lelaki malang tadi. Kudatangai kamar mandi berpintu tunggal itu. Kudorong pintunya agak keras. Terbuka. Dan. Astaga! Kalian pasti tidak akan percaya. Lelaki tadi hilang, lenyap. Hanya ada sebatang rokok yang mengepul tipis yang disulutnya tadi sebelum masuk kamar mandi. Karena masih panjang sisa rokoknya, maka kuhisap sebentar-sebentar dan...

Astaga! Lelaki tadi sekarang duduk termangu memandang lurus dengan tatapan kosong dalam otakku. Apa-apaan ini! Dia terlihat seperti sedang menunggu kenangan atau ingin melupakan seseorang. Dia pernah bercerita padaku kalau selama tiga harmal dia diteror perempuan nakal. Dikatakan nakal karena perempuan itu hanya menghubunginya selama tiga harmal, tidak lebih... Ini semacam dejavu.

Jumat 24 Januari 2014, pukul satu dini hari. Bumi bergetar seperti orang kedinginan. Daun-daun layu. Aneh, padahal sejam sebelumnya terguyur hujan. Hujan yang ganjil, tidak seperti hujan biasanya. Langit begitu terang dengan rembulan yang pucat, gerimis hujan turun seperti langit yang menangis. Pukul 12.00 wib, solat jumat baru selesai, sang imam berdiri dan seperti biasa; mengajak jamaah bersolatgaib.
"... yang pertama untuk KH Sahal Mahfud Jawa Tengah, kedua..."
Innalillahi wainna ilaihi rojiun (sesungguhnya segala hal -yang bernyawa- adalah milik Allah dan akan kembali pada yang memiliki hidup, Allah). Ternyata benar, kejadian aneh semalam adalah bentuk alam yang sedih. Allahummaghfirlahu warhamhu wa'afihi wa'fuanhu. Semoga pepatah "mati satu tumbuh seribu" berlaku pula untuk hal ini. Amin.

: Bulan Keheningan : 27 01 2014
25 Januari 2014, seorang ustad senior yang meninggal dunia. KH Mudhawwir, salah satu ustad yang juga 'morok' kitab kuning di bulan puasa di PP Nurul Jadid. Beliau wafat dan hujan turun seharian. 27 Januari 2014, buyut lakiku dipanggil Sang Maha Hidup. H Malik, Byut Ndi, begitu aku menyapanya. Lelaki yang penyabar. Januari menangis.
Allahummaghfirlahum wa'afihi wa'fu'anhum... Amin.

"Bismillah" 27 01 14
Bahkan bunga indah pun bisa layu bila lama tak disiram.
***
Malah kau sendiri yang menyiraminya dengan senyuman.
Senyuman singkat (dan hangat) yang tak lebih dari sepuluh detik. Ibaratnya bukan lagi seperti tanaman bunga, tapi seperti api mungil yang tersiram setumpah bensin. Membakar. Meliuk-liuk. Menjalar. Membara. Jadi takut aku mendengar namamu. Semoga aku tak bercerita tentangmu. Jika tidak, bergetarlah dadaku. Tersulut api mungil yang tersiram setumpah bensin.
***
Ada rindu yang disembunyikan
seperti semacam karang dihempas ombak;
Diam, kokoh tak tertandingi. Keras, tegar tak terperdaya waktu. Bingung, mengapa ada rindu yang tertahan. Rindu, mengapa masih tertanam keras dalam diam.
***
Jika telah datang waktuku padamu, cukuplah kau peluk aku dengan senyummu
***
Sayangnya kau seperti... sosok yang ada di imajinasi (?)

: Untukmu, manusia. : 28 01 14
Jika belum dekat betul dengan seseorang lebih baik bersikap sopan, daripada bersikap sok akrab dengan mencaci atau sekadar mengejek. Karena tidak ada yang tahu maksudmu: untuk lebih mengakrabkan atau untuk mencela.
nb. based on true story

FEBRUARI

Aturan pertama dalam (organisasi) hidup. Berjanjilah dengan janji yang bisa ditepati. 03 02 2014

: Baiklah, selamat jalan! : 15 02 2014
Kau yang selamat aku yang jalan, di jalan tak ada ujung, kata Mochtar Lubis.
Setidaknya aku sudah mampir di kedai di pinggir jalan itu untuk sekadar menyeduh kopi hitam pahit. Kini aku jalan lagi, dengan sebatang rokok di sela jemari. Bismillah, selamat jalan!

Dan memang benar adanya. Bahwa museum itu menyediakan banyak hal menarik. Menebar banyak keindahan di dinding-dindingnya. Wajahnya seperti lukisan, tertata dan rapi. Bahkan cara tertawanya saja seperti diukir. Perpaduan itu semua berbuah pada satu kata: menarik. 20 02 2014

: 22 02 2014 :

"Yang paling banyak menjerumuskan manusia ke dalam neraka adalah mulut dan kemaluan" Muhammad saw

: Kerjasama Tim : 23 02 2014
Kalau melakukan kesepakatan secara setengah-setengah, antara orang yang belum memilki rasa saling percaya tidak akan terlahir kerjasama yang baik. tapi sebaliknya malah menimbulkan rasa gelisah dan saling curiga. orang yang sedang diliputi rasa curiga, tidak akan bisa mengeluarkan kemampuannya dengan maksimal dan malah akan menghancurkan diri sendiri. daripada bekerja kelompok tanpa didasari saling percaya lebih baik bekerja sendiri-sendiri.
Hunter x hunter, 25, 1-3

: Nilai Ketidakpercayaan : 26 02 2014
Aku sungguh bingung pada orang-orang yang berpikiran kolot dalam memahami peraturan (hukum). Hukum itu ada karena ada hal yang diinginkan atau hal yang tak diinginkan. Kalau tujuan hukum itu terlaksana, (menurutku) tentulah boleh meninggalkan hukum itu. *dalam catatan, di sini bukan hukum Tuhan yang universal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun