Mohon tunggu...
ADOLPHUS OTTOPER
ADOLPHUS OTTOPER Mohon Tunggu... Petani - PETUALANG JIWA DALAM KATA

Suka menikmati Udara Segar dalam Permenungan setiap hari

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Dimanakah Kemanusiaan Indonesia dalam Usia 78 Tahun?

30 Januari 2024   23:14 Diperbarui: 31 Januari 2024   00:15 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Indonesia adalah bangsa yang sudah termasuk lansia. 78 tahun bukanlah usia kekanak-kanakan, remaja, atau pribadi dewasa seperti kita saat ini. Indonesia dalam usia 78 tahun ini punya cerita yang tidak tepat disamakan dengan usia-usia sebelumnya. Indonesia dengan usia 78 tahun ini sudah punya kemampuan yang tak ada bandingan dengan anak-anak kecil, anak remaja atau kita di sini. Ia sudah mengalami penderitaan sebagai guru kebijaksanaan. Bahkan yang musti kita ingat kembali bahwa Indonesia setelah kelahirannya pun sudah mengalami penderitaan hingga hari ini. Anehnya Indonesia tidak mati-mati dalam bentuk Jiwanya, tetapi yang mati adalah tubuh manusianya bukan tubuh Indonesianya.

Kita harus bangun dari mimpi-mimpi yang menyesatkan diri kita. Sebab Indonesia dilahirkan dari rahim perjuangan para pahlawan setiap bangsa dalam bumi nusantara ini. Rahim perjuangan para pahlawan adalah satu biji yang mati dan menghasilkan buah yang berlimpah-limpah. Satu biji yang bersuara dalam Sumpah Pemuda.

Kita sudah tahu bahwa Manusia punya akalbudi. Bila kesadaran ini sungguh ada, kejahatan pun tidak akan ada sebrutal zaman kita ini. Keadaan sekarang adalah bukan harapan para pahlawan dahulu.

Indonesia juga memiliki akal budi. Dengan Akalbudi ini, ternyata dan sesungguhnya punya daya creatif yang unlimited demi menjadikan manusia indonesia pada tahap kemanusiaan Indonesia. Kemanusiaan Indonesia adalah hasil dari seluruh adat-istiadat Indonesia yang membentuk setiap bangsa Indonesia menjadi kemanusiaan Indonesia.

Kita tahu bahwa Indonesia hari-hari sering bertingkahlaku,aneh, ganjil, tidak sopan, tidak santun, tidak indah, bahkan bersikap kekanak-kanakan yang mirip seperti anak-anak yang tidak tahu diri. Kelakuakan kekanak-kanakan ini dihidupi tanpa disadari hingga menjauh dari proses menuju kemanusiaan Indonesia yang holistik.

Manusia dehumanisme ini tidak menyadari ternyata mereka sedang mencabik-cabik dirinya sendiri. Mereke mengeluarkan diri dari paradigma yang sungguh benar dengan perjuangan hidup tanpa standar kualitas kemanusiaan yang punya akalbudi. Entah sengaja atau tidak dehumanitas yang dihidupi dengan nyaman seakan-akan tidak punya dasar hidup yang jelas bila dipikirikan dan disadari dengan sunggguh jujur. Gaya hidup ini adalah pendirian yang jelas. Hidupnya selalu bermasalah baik dalam diri sendiri maupun terhadap oranglain. Setiap perilaku kejahatannya adalah tidak bersikap manusiawi bahkan tidak ada kaitannya dalam proses kemanusiaan Indonesia yang sungguh ideal harapan kemanusiaan Indonesia. Mereka adlah orang-orang tidak hati bagi para pahlawan yang mati demi kebahagiaan kita dan demi kita yang adalah Indonesia yang punya hati dan akal sehat.

Dehumanitas ini dirayakan dengan semangat kesatuan dalam perpecahan. Semangat dehumanitas ini merupakan penegakan perilaku kejahatan yang memerlihatkan egosentris kelompok, suku,ras, golongan, oknum, pribadi tertentu yang memang sifatnya mengganggu kemanusiaaan dan kebangsaan Indonesia.

Penting diketahui bahwa kemanusiaan Indonesia adalah proses kehidupan meliputi adat-istiadat Indonesia yang meliputi spiritualitas Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia, dan lainya yang berkaitan dengan Tubuh Indonesia. Sehati sejiwa beradasarkan bersadarkan spiritualitas pancasila ini sesungguhnya dimaktubkan demi kemanusiaan Indonesia. Lantas muncul pertanyaan bagi kita: apakah kita adalah orang-orang Indonesia atau indonesia? Apakah kita adalah pantas

Kemanusiaan Indonesia juga merupakan proses yang membentuk seruruh manusia Indonesia sesuai adat-istiadat Indonesia berdasarkan maksud perjuangan Kemerdekaan Indonesia yakni maksud persembahan Nyawa para pahlawan di haribaan Ibu Pertiwi Indonesia. Perjuangannya pun berdasarkan Kesadaran Universal yang bersumber dari dapur Keindahan, kebenaran dan kebaikan bersama.

ada pun bentuk-bentuk dehumanistas yang dirayakan meliputi, politisme, ekonomisme, sosialisme, agamisme, culturalisme, rasisme, dan isme-isme lainnya yang mengotori dan mencabik-cabik martabat kemanusiaan Indonesia ini. Berikut gambaran perayaannya:

  • Politisme.

Politik adalah perayaan yang selalu melibatkan semua manusia. Perayaan ini semestinya dinikmati dengan penuh santap kasih sebagai satu keluarga besar Indonesia yang sudah dilahirkan dan dibesarkan oleh semangat rahim perjuangan para pahlawan Indonesia. Namun kenyataanya dirayakan dengan semangat bakujatuh, bakuinjak, bakubunuh karakter, bakuleceh dan baku-baku lainnya baik dunia nyata maupun dunia maya yang sungguh merusak kenyamanan pluralitas kemanusiaan Indonesia.

Dengan  adanya kenyataan bakuserang satu dengan yang lain ini sesungguh dalam pandangan atau di mata dunia ternyata bukan saling membangun dan saling menyelamatkan nama baik keluarga besar Indonesia melainkan menelanjangi diri dan memalukan diri sendiri dihadapan negara atau keluarga lain. Saling menyerang dalam dunia pulitik melalui media  sosial merupakan tindakan yang tidak menjunjung tinggi rasa santun dan rasa sopan terhadap sesama manusia yang adalah anggota keluarga sendiri.

  •  Ekonomisme.

Dalam pesta Ekonomi ini ada saja visi-misi yang menjadi refren indah para poilitisi untuk kesejahteraaan rakyat. Setelah mendapat jabatan rakyat menjadi permainan catur para politisime dan ekonomisme. Kita sudah biasa menyaksikan ada sebagian besar penjabat Negara yang menjadi pelaku yang menentang kesadaran diri, akal sehat, dan kebenaran hati nurani mereka sendiri. Kebiasaan inilah yang kemudian menjadikan dirinya pahlawan egosentrisme yang tidak masuk akal adan tidak punya otak. Mereka juga menjadi buta dan bahkan tidak tahu diri.

Kebutaan mereka ini kemudian menjadi mati rasa sehingga mengarahkannya pada level kesadaran dimana sesama manusia yang dirampasnya dan dipandang sebagai orang yang tidak dianggap manusia. Kita tahu bahwa ada banyak kemiskinan, baik: kemiskinan mental, kemiskinan kemampuan, kemiskinan pendidikan, kesadaran, kesehatan, kepribadian, kebenaran, kebaikan, keindahan, moralitas, etika, budi pekerti, budaya, akal sehat, logika, reflektifitas, kerendahan hati, cinta kasih, kasih sayang, belaskasih, dan sebagainya semakin tubuh subur dalam kehidupan bangsa Indonesia ini baik kota maupun pelosok.

  • Sosialisme

Dalam kehidupan sosial hingga hari ini masih banyak bentuk kejahatan yang terjadi baik sengaja maupun tidak sengaja dalam dunia nyata dan dunia maya. Kejahatan ini anehnya tidak diselesaiakan secara dewasa malainkan secara kekanak-kanakan dengan melibatkan kelompok besar. Ada juga banyak serangan-serangan keyakinan dan latarbelakang idealisme dan latarbelakang lainya yang berbentuk fanatisme yang tidak beradab.

  • Kekuasaan yang tidak seimbang:

Kritik terhadap sosialisme merupakan sikap yang baik supaya menarik kembali paradigma hidup yang menentang kemanusiaan Indonesia.  seringkali mereka berwajah dua yakni melawan sosialismenya atau mengorbankan dirinya menjadi paham sosialis. Kekhawatiran inilah akan terjadinya konsentrasi kekuasaan di tangan pemerintah atau partai, Penyakit ini dapat mengakibatkan kurangnya kebebasan politik dan individual, hingga menciptakan sikap kekuasaan yang melawan keseimbangan hidup kemanusiaan Indonesia.

  • kepekaan  hati yang mati:

Kematian rasa peka ternyata dijadikan kebiasaan bagus bagi para budak kejahatan dalam diri sendiri dan dalam negara ini. Kepekaan hati yang mati ini tanpa disadari merupakan penyakita seumur hidup para budak kejahatan yang diperjuangkan dalam kehidupan bangsa kita. Sosialitas kemanusiaan Indonesia mengalami kemajuan seharusnya, namun bukan kemajuan yang yang berkualitas melainkan kemajuan dalam bentuk dehumanitas. kita tahu akibatnya orang-orang yang berjuang demi kebenaran  berdasarkan spiritualitas pancasila pun menjadi  dipandang sebagai pengganggu. maka sebagian pejabat negara dan oknum tertentu berjuang melenyapkan para pejuang kebenaran bangsa Indonesia. dengan demikian para budak kejahatan ini dapat menghambat inisiatif pribadi dan motivasi untuk mencapai keberhasilan individual bangsa kita.

  • agamisme:

Secara akal sehat agama-agama di indonesia seharusnya memberikan jawaban spiritual bagi setiap orang. setiap kejahatan yang sedang terjadi ini seharusnya agama-agama menjadi pengaman yang dapat mengurangi pihak-pihak yang terlibat dalam perbudakan kejahatan. namun faktanya agama menjadi pelaku kejatan dalam kehidupan berbangsa ini. Akibat dari sikap dan perilakunya ini menciptakan batas-batas relasi kemanusiaan bangsa Indonesia. kita tidak perlu menutupi lagi bahwa bentuk-bentuk kejahatan seperti: tidak mengizinkan rumah ibadat, pembakaran rumah ibadat, saling mengkafirkan, saling menyerang anatar ajaran iman dan lain sebagainya.

Beradaskan persoalan dehumanitas yang kita nikmati bersama ini ternyata bukanlah tindakan yang datang dari oranglain melainkan diri kitalah yang menjadi pelaku utama yang sungguh tidak lagi menggambarkan kemanusiaan bangsa indonesia. ini malahan membuat sesama anggota keluarga besar Indonesia semakin rusak. 

Dalam keadaan seperti ini saya yakin bahwa masih ada anggota keluarga besar bangsa Indonesia  kita yang punya akal sehat dan punya kemampuan untuk mengendalikan serta mengembalikan kemanusiaan akan tetap berkarya dan tetap hidup untuk membersikan noda-noda kenyataan kita hari ini.  masih ada anggota keluarga kita yang baik akan tetap membantu dan mempengaruhi kita walaupun sedikit saja namun akan memberikan pengaruh besar bagi kita yang ditimpah masalah dehumanitas dalam rumah bangsa Indonesia Kita ini. Sebab, sesungguhnya kebaikan, kebenaran ,keindahan lebih besar kuasanya dan bekerja perlahan menghancurkan dan mengadili diri kita atas perbuatan kita sendiri. Semoga Indonesia sehat....sehat akal budi, sehat jiwa, sehat niatnya, dan sehat dalam tindakan demi rumah Negara Kita dan anggota keluarga besar bangsa kita. semoga....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun