Mohon tunggu...
JUBAEDAH HARYANI
JUBAEDAH HARYANI Mohon Tunggu... Penulis - Penulis lepas dan jurnalis di industri media

Penulis eksploratif, introspektif, inovatif dan terbuka untuk ide-ide baru

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Untukmu yang Kehilangan Ibu, Sudahkah Luka Itu Sembuh?

16 Juli 2024   13:02 Diperbarui: 16 Juli 2024   13:04 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apakah kamu sedang merindukan Ibu? Jangan malu untuk menangis, air mata adalah ungkapan hati. Namun, jangan lupa untuk kembali tersenyum, ya? Janji?

Apa yang paling membuatmu teringat Ibu? Banyak hal yang pastinya selalu membuatmu rindu akan kehadirannya. Rumah terasa sepi dan hampa tanpa Ibu, bukan?

Omelan Ibu saat kamu pulang larut malam, bangun kesiangan atau memecahkan piring kesayangannya kini hanya tinggal kenangan. Ibu yang selalu cerewet jika rumah berantakan, suaranya yang dulu sering membuatmu takut sekaligus tertawa, karena setiap kali marah, Ibu selalu membawa sapu untuk memukulmu.

Ibu yang selalu bertanya, "Mau dimasakin apa, Nak?", "Mau pergi sama siapa?", "Pulang jam berapa hari ini?". Kemana suara itu sekarang? Hatimu terasa sesak mengingat Ibu yang selalu memberikan nasihat agar kamu tidak salah arah dan selalu mendoakanmu.

Source: freepik.com
Source: freepik.com

Kamu selalu berpamitan dan mencium tangan Ibu sebelum berangkat sekolah atau kerja, serta disambut Ibu di depan pintu ketika pulang. Meski lelah, Ibu selalu menghidangkan makanan favoritmu setiap hari tanpa mengeluh. Tangis dan lelahnya selalu beliau simpan sendiri dalam hati.

Sejak Ibu pergi, suasana di rumah seakan mati. Ibu yang dulu sering menonton sinetron favoritnya dan marah jika channel diganti, kini tak ada lagi. Kamu selalu teringat baju yang sering Ibu pakai, masakan yang sering ibu hidangkan dan kegiatan yang sering ibu lakukan bersamamu.

Rasanya sangat sulit menerima kenyataan ini, kamu berharap semua ini hanya mimpi. Kini, kamu hanya bisa memandangi fotonya untuk mengobati rindu. Dalam hati, selalu terucap, "Ibu, aku merindukanmu," sambil menangis menatap fotonya.

Percayalah, luka itu akan sembuh seiring berjalannya waktu. Kenangan bersama Ibu akan terus hidup sampai akhir hayatmu dan momen-momen indah bersamanya akan selalu abadi dalam hati dan ingatanmu. Sudahkah kamu mengunjungi pusara Ibumu?

Source: freepik.com
Source: freepik.com

Kunjungilah pusaranya dan panjatkanlah doa meski tangis tak tertahankan, berharap Ibu masih ada di sini menemanimu, bukan terbaring di pusara yang kini kamu tangisi. Apa yang kamu sesalkan? Belum sempat mengajak Ibu jalan-jalan, belum sempat membelikan baju baru untuk Ibu, belum sempat mengajak Ibu makan di tempat favoritnya, belum sempat mewujudkan keinginannya, belum sempat membahagiakannya? Banyak penyesalan yang tampak di wajahmu.

Ibumu sudah tenang dan bahagia di sana, kepergiannya mungkin terlalu cepat dan kamu belum siap hidup tanpanya. Tidak ada yang siap untuk ditinggalkan, tidak ada luka yang lebih sakit dari kehilangan orang yang tersayang, apalagi seorang Ibu.

Menangislah sampai sesak di dadamu itu hilang. Menangis bukan berarti lemah dan berdamai dengan kenyataan memang tidak mudah. Sedih boleh, tapi jangan berlarut-larut. Kamu harus bangkit dan terus berjalan. Buatlah Ibumu di sana bangga dengan segala keberhasilan dan kesuksesanmu, meskipun beliau tidak bisa menyaksikannya.

Untukmu yang masih memiliki Ibu, sudahkah kamu meminta maaf pada Ibumu? Sudahkah kamu memeluk Ibumu? Sayangilah Ibumu selagi ada di dunia ini, karena rindu yang paling menyakitkan adalah rindu pada sosok yang sudah tiada. Ibumu mungkin bukan sosok yang sempurna, tapi Ibumu adalah sumber kekuatanmu dalam menjalani hidup.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun