Mohon tunggu...
Juanda Polado Sitorus
Juanda Polado Sitorus Mohon Tunggu... -

East Borneo..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Setiap Hari adalah Natal

22 Desember 2009   06:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:49 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Namanya  Lumban Lobu, sebuah kampung di kawasan Porsea. Kampung ini masuk wilayah Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), Sumatera Utara, tempat kelahiran saya. Kenangan pada masa silam selalu mengusik kalbu, saat-saat menjelang Natal, seperti sekarang.

Kesederhanaan menjadi ciri khas saat Natalan di kampung. Tapi tetap penuh semangat dan suka cita. Apalagi, setelah tahu Ibu saya sudah membelikan Sepatu dan baju baru. Momen itu begitu menyenangkan, membanggakan, dan penuh rasa syukur.

Jangan bayangkan seperti perayaan Natal di kota atau di rumah orang berpunya. Kami hanya mengisi dengan pergi bersama-sama ke Gereja, berdoa pada malam Natal. Mengikuti acara Natal sekolah minggu, dan Liturgi. Hanya itulah yang mampu kami lakukan dan Ibu berikan. Tanpa pohon Natal, aneka kue, makanan, minuman dan kado-kado Natal.

Toh, bukan karena itu saya kemudian punya sebuah keyakinan bahwa perayaan Natal memang tidak semata-mata sebuah pesta yang meriah. Tetapi lebih  sebagai "starting point" untuk menghayati arti sebuah pengorbanan. Divonisnya manusia yang berpuncak pada peristiwa kedosaan dan kejatuhan, lalu dipulihkan sampai pada kelahiran kembali (Natal).

Hal tersebut menjadi sebuah pengharapan akan kehidupan baru bersama Allah yang datang ke dunia dalam diri Kristus. Sang penebus pada akhirnya kembali pada kesatuan abadi dengan-Nya di surga abadi.

Natal adalah momen spiritual yang mengingatkan saya akan kelahiran Yesus Kristus. Dan juga kelahiran yang Lain di antara kita, dan manusia umumnya, yang terjadi setiap saat. Setiap saat adalah Natal, sebuah kelahiran yang membawa keselamatan.

Dalam kelahiran selalu ada kebaruan dan dalam kebaruan itulah terdapat jalan untuk menyelamatkan manusia dari nihilisme. Seperti keindahan karya seni yang selalu bisa menghadirkan diri secara baru melampaui ruang dan waktu pembuatannya.

Seperti itu pula kehidupan yang dijalani, dengan spirit selalu lahir kembali dalam kebaruan. Dalam berbagai masalah kehidupan, selalu ada kehadiran Yang-Lain yang memberi kita kemungkinan untuk lahir kembali. Untuk terus-menerus memperbarui diri melampaui apa yang diharuskan takdir untuk kita.

Semangat perayaan, dan hadiah Natal, seharusnya terlihat dalam kehidupan kita keseluruhan dan sehari-hari.***

Juanda P. Sitorus

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun