Pengalaman Penulis Sebagai Penderita Sleeping Paralysis
Penulis pertama kali mengalami sleeping paralysis ketika ia berada dalam masa remajanya (kurang lebih usia 13 tahun). Pada masa ini, penulis seringkali merasakan adanya tekanan atau stres yang berkelanjutan dan intensitas terjadinya gangguan ini terus meningkat seiring dengan pertambahan usia.
Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sleeping paralysis merupakan gangguan tidur yang terjadi karena adanya pengalaman traumatis yang pernah dialami oleh penderita dan tekanan atau stres yang berkelanjutan. Dengan kata lain, sleeping paralysis tidak disebabkan oleh aktivitas roh jahat atau setan yang menindih penderita.
Daftar Pustaka:
Olunu Esther, Ruth Kimo, Esther Olunfunmbi Onigbinde, Maru-Amadeus Uduak Akpanobong, Inyene Ezekiel Enang, Mariam Osanakpo, Ifure Tom Monday, David Adeiza Otohinoyi, dan Adegbenro Omotuyi John Fakoya. "Sleep Paralysis, a Medical Condition with a Diverse Cultural Interpretation." PubMed Central. 29 April 2018. Diakses 20 November 2019. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/ PMC6082011/#idm140004803591328title.
https://www.nimh.nih.gov/health/publications/post-traumatic-stress-disorder-ptsd/ptsd-508- 05172017_38054.pdf. (Diakses 20 November 2019).
Arista Marcella dan Yanto S. Tjang. "Pengaruh Stress Terhadap Kejadian Sleep Paralysis Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran." JPPK. 27 Desember 2017. Diakses 21 November 2019. https://ojs.umn.ac.id/JPPK/article/download.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H