Mohon tunggu...
Juan Hardnov Rumbi
Juan Hardnov Rumbi Mohon Tunggu... Mahasiswa - .

Salam sehat selalu

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Aspek Perpajakan Transfer Pemain Sepak Bola

30 September 2021   21:00 Diperbarui: 30 September 2021   21:01 767
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

            Siapa yang tidak kenal dengan sepak bola? Ini adalah salah satu olahraga yang paling digemari oleh seluruh kalangan yang ada di dunia mulai dari anak-anak sampai lansia, bahkan laki-laki maupun perempuan. Olahraga ini bisa digemari oleh banyak orang karena tentunya memberikan hiburan yang sangat menarik bagi setiap kalangan, mulai dari sejarah klub yang digemari bahkan sampai dengan bagaimana dari sisi seni sepak bola itu sendiri.

            Olahraga sepak bola ini dimainkan oleh dua tim yang saling berlawanan dengan jumlah sebelelas pemain. Setiap klub pasti mengingikan pemain yang bagus agar bisa membuat timnya memperoleh kemenangan dan mencetak rekok yang banyak, tetapi tentu saja untuk memperoleh pemain yang bagus, pasti akan diperlukan banyak dana untuk dikeluarkan.

            Di dalam dunia sepak bola, transfer pemain atau biasa yang di sebut dengan transfer window merupakan salah satu contoh hal yang paling banyak digemari, karena dalam hal ini kita bisa melihat banyaknya pemain-pemain bintang yang harga nya sangat mahal, bahkan wajah-wajah baru dalam dunia sepak bola. Transfer window ini biasanya dimulai pada saat jeda dari satu musim ke musim berikutnya. Tetapi apa yang mendasari bagaimana tranfer pemain ini bisa terjadi ? Hal ini dimulai pada tahun 1885 ketika Football Association Inggris yang membukan pendaftaran pemain bagi klub untuk pertama kalinya. Dalam transfer window tentu ada biaya transfer yang akan dikeluarkan, dan jumlahnya tidak main-main, biaya transfer dapat diartikan sebagai biaya yang dikeluarkan oleh klub baru kepada klub lama pemain sebagai tanda kompensasi dalam hal kontrak pemain di klub lamanya belum berakhir.

            Sudah banyak rekor transfer dengan nominal yang sangat tinggi yang tercetak dalam kasus transfer pemain. Pada tahun 1800-1900an, bisa dilihat mulai dari Willie Groves dengan biaya 100 poundsterling pada tahun 1893, yang bisa dibilang merupakan harga yang cukup tinggi pada masa itu. Kemudian, Alf Common dengan biaya 1.000 poundsterling pada tahun 1905, lalu dipecahkan lagi oleh David Jack yang perpindahannya menuju ke salah satu tim London terbesar yaitu Arsenal senilai 10.890 poundsterling. Ini adalah contoh bagaimana besarnya uang yang dikeluarkan pada masa itu untuk mendapatkan kualitas pemain yang terbaik untuk mencapai kesuksesan bagi sebuah tim.

            Di era sekarang ini, dengan jumlah mata uang yang semakin meningkat, tentu saja harga pemain di pasar sepakbola itu sudah tidak seperti dulu lagi, melainkan dengan jumlah tingkat harga yang relatif mahal. Tetapi, para pemilik klub tidak terlalu menghiraukan hal tersebut karena selagi untuk kepentingan klubnya pasti nantinya juga akan membawa keuntungan bagi klub tersebut. 

            Dilihat dari gambar tabel diatas, dapat disimpulkan bahwa biaya transfer yang dikeluarkan oleh pemilik klub tidak main-main untuk memperoleh pemain dengan kualitas dan performa yang bagus.

            Tetapi, apakah uang yang dikeluarkan tersebut akan diterima oleh pemain tersebut ? tentu saja tidak, uang ini nantinya akan diterima oleh pemilik klub lawan transaksinya sebagai jaminan penggunaan jasa pemain yang belum habis kontraknya di klub lamanya tersebut. Lalu dari mana pemain akan mendapatkan uang atas performa nya ? tentu saja melalui gaji yang akan diberikan oleh pemilik klub yang baru, dengan harapan bahwa dengan kedatangan pemain ini bisa mengahasilkan keuntungan yang lebih besar bagi klubnya dan tentunya membuat citra grup tersebut menjadi lebih baik lagi.

            Dalam hal ini, uang yang dibayarkan tentu saja menjadi penghasilan bagi suatu klub, dan tentunya kita tahu di dunia ini, bahwa apabila memperoleh penghasilan tentu saja akan dikenakan yang namanya "pajak". Apabila dilihat dari tabel diatas, transaksi yang terjadi tidak hanya terjadi dalam lingkup satu negara saja, melainkan ada dua sampai tiga negara yang terlibat, sehingga dalam aspek pemajakannya belum tentu akan menggunakan sistem pajak negara sumber atau domestik melainkan akan dikaji lebih dalam lagi, sampai dengan melihat P3B antara negara-negara yang saling bertransaksi dan juga menggunakan metode metode lainnya dalam menentukan aspek pemajakannnya.

            Sesuai dengan data pemain-pemain diatas, mereka termasuk dalam kategori Sportspersons yaitu orang yang memberikan tenaganya untuk menjadi olahragawan yang di dalam suatu klub dan menjadi hiburan agar bisa memperoleh penghasilan atas kegiatan yang Ia lakukan. Di dalam P3B, khususnya di pasal 17 tentang Artistes and Sportsperson, yang mana akan mengatur tentang bagaimana aspek pemajakan terhadap para olahragawan. Sehingga, dari sisi transfer sepak bola yang terjadi antar negara, pastinya akan dikenakan pajak, karena ini ada hubungannya dengan pasal 17 P3B yaitu Artistes and Sportsmen. Tetapi apakah semua olahragawan akan dikenakan sesuai pasal 17 P3B ? tentu saja tidak, karena harus melihat lebih lanjut bagaimana kesepakatan yang terjadi di dalam transaksi olahragawan yang dilakukan contohnya seperti jangka waktu kontrak olahrgawan.

            Apabila terjadi pemajakan berdasarkan Pasal Artistes and Sportsmen, maka pasal ini merupakan pasal khusus sehingga mengesampingkan aturan pemajakan berdasarkan pasal lain yaitu IPS, DPS, maupun Businees Profit, artinya dalam pemajakannya dapat dilakukan tanpa memperhatikan adanya fixed based maupun terpenuhinya time test. Kemudian, apabila ada transaksi olahragawan tetapi tidak memenuhi Pasal Artistes and Sportsmen, maka untuk ketentuan pemajakannya dilihat lagi beradasarkan pasal-pasal lain dalam P3B ataupun ketentuan domestik suatu negara.

            Jadi bagaimanakah aspek pemajakan dalam kasus transfer pemain sepak bola ? Kita bisa menggunakan contoh kasus antara Paris Saint Germain (residen Perancis) yang membeli pemain dari Barcelona (residen Spanyol) yaitu Neymar yang merupakan residen Brazil dengan nilai transfer sebesar 222.000.000 dengan kontrak selama 5 tahun dan sesuai kesepakatan Neymar akan memperoleh gaji dari PSG sebesar 45.000.000 per tahun. Sehingga, dalam kasus ini kita bisa menarik beberapa pertanyaan yaitu bagaimana aspek pemajakan atas biaya transfer dari Barcelona ke PSG, kemudian bagaimana aspek pemajakan dari gaji yang diterima oleh Neymar dari PSG, dan juga dalam kasus ini Neymar menjadi subjek pajak atas negara apa. Untuk lebih mempermudah pembahasan kita bisa melihat skema di bawah sesuai dengan kasus yang terjadi dalam transfer Ini.

ilustrasi pribadi
ilustrasi pribadi

(1) Bagaimanakah aspek pemajakan atas biaya transfer dari Barcelona ke PSG ?

            Untuk mengetahui bagaimana aspek pemajakan terhadap biaya transfer, kita pertama melihat bahwa biaya yang dikeluarkan yaitu untuk mendapatkan seorang olahragawan, sehingga bisa jadi kita menggunakan Pasal 17 P3B yaitu Artistes and Sportsmen. Tetapi, sesuai dengan penjelasan diatas, apakah setiap penghasilan yang diperoleh atas Artistes and Sportsmen akan dikenakan pasal 17 ? tentu saja tidak, kita harus kaji lebih dalam dahulu, yaitu kita bisa melihat dari cakupan penghasilan yang termasuk dalam pasal Artistes and Sportsmen seperti :

  • Penghasilan yang diperoleh atas performa artis atau olahragawan
  • Penghasilan berupa sponsorship atau biaya iklan yang terkait dengan performa artis atau olahragawan
  • Penghasilan dari merchandise yang terkait dengan performa artis atau olahragawan

            Dengan adanya cakupan penghasilan untuk Pasal 17, kita bisa kembali meneliti bagaimana aspek pemajakan atas biaya transfer yang dikeluarkan oleh Paris Saint Germain. Jadi, berdasarkan cakupan penghasilannya maka atas penghasilan yang diterima oleh Barcelona dari PSG atas biaya transfer, Negara Perancis tidak dapat memajaki sesuai dengan Pasal 17, hal ini disebabkan karena dasar penghasilan yang diperoleh Barcelona bukan berdasarkan atas performa Neymar untuk bermain di klub PSG, melainkan hanya atas nilai transfer saja, yang mana sesuai aturan atau cakupan penghasilan, harus berdasarkan dengan nilai yang di peroleh dari kegiatan atau aktifitas olahragawan di negara sumber.

            Lantas bagaimana pemajakan atas biaya transfer ini apabila tidak bisa menggunakan Pasal 17 P3B ? tentu saja, kita harus melihat pasal-pasal lain yang ada di P3B. Kita tahu, bahwa atas biaya transfer yang diterima oleh Barcelona merupakan sebuah penghasilan atau laba, sehingga kita bisa melihat berdasarkan ketentuan Pasal Businees Profit untuk aspek pemajakannya, tetapi sebelum itu untuk menentukan penggunaan pasal Business Profit kita harus melihat apakah Barcelona memiliki Bentuk Usaha Tetap di Perancis atau tidak. Umumnya, klub-klub bola di dunia tidak memiliki Bentuk Usaha Tetap di tiap-tiap negara, sehingga berdasarkan kasus ini, nantinya penghasilan atas biaya transfer Neymar akan dikenakan pajak secara eksklusif oleh negara residen dari Barcelona yaitu Spanyol. Tetapi, apabila Barcelona memiliki Bentuk Usaha Tetap di Perancis, maka atas penghasilan tersebut dapat dipajaki oleh Perancis sebagai negara sumber.

(2) Bagaimanakah aspek pemajakan atas gaji yang diterima Neymar dari PSG ?

            Sesuai dengan kesepakatan antara Paris Saint Germain dan Neymar, Ia akan digaji sebesar 45.000.000. Artinya, gaji ini merupakan penghasilan yang akan diperoleh oleh Neymar selama Ia bermain di PSG, lantas apakah gaji yang diberikan oleh PSG kepada Neymar akan dipotong pajak ? jawabannya ya, tentu saja akan dipotong pajak. Untuk mengetahui bagaimana aspek pemajakannya, kita pertama melihat yaitu atas dasar apa penghasilan atau gaji ini diberikan kepada Neymar, yaitu atas adanya performa atau aktifitas yang dilakukan Neymar untuk PSG dalam hal memberikan tenaganya untuk bermain bola didalam klub.

            Dari sisi ini, dapat dilihat menggunakan Pasal 17 P3B tentang Artistes and Sportsmen, karena penghasilan yang diterima oleh Neymar memenuhi cakupan penghasilan sesuai dengan Pasal 17 P3B yaitu penghasilan yang diperoleh atas performa artis atau olahragawan (Poin 1), artinya Perancis dapat memajaki penghasilan ini sesuai dengan Pasal 17 P3B. Tetapi, apakah pasti Perancis memajaki Neymar menggunakan Pasal 17 P3B ? tentu saja belum, karena ada faktor lebih lanjut yang harus diperhatikan oleh Perancis ketika ingin memajaki, salah satunya yaitu status pemainnya (Neymar) harus Wajib Pajak Luar Negeri, dan juga mempertimbangkan berapa lama kontrak Neymar untuk bermain bola di Paris Saint Germain, karena mungkin saja Perancis dapat memajaki Neymar berdasarkan kententuan domestiknya.

            Berdasarkan informasi yang di dapatkan, Neymar memperoleh kontrak selama 5 tahun untuk bermain di Perancis, artinya Neymar akan menetap selama 5 tahun di Perancis untuk bermain bola, sehingga status subjek pajak Neymar bisa saja berubah dan juga bisa menimbulkan residen ganda bagi Neymar. Untuk mengecek apakah Neymar bisa menimbulkan status sebagai subjek pajak dalam negeri di Perancis, kita bisa mengacuh pada aturan yang ditetapkan oleh Perancis dalam penentuan status subjek pajaknya jika memenuhi :

  • Memiliki tempat tinggal permanen di Prancis, bersama keluarga (pasangan dan anak-anak)
  • Jika memiliki tempat tinggal permanen ganda, pusat kepentingan finansial dan kegiatan personal berada di Perancis
  • Jika kegiatan personal tidak bisa ditentukan, maka harus memenuhi time test tinggal di Perancis lebih dari 183 hari di tahun yang sama.
  • Apabila tidak memnuhi yang diatas, akan menjadi subjek pajak jika kewarganegaraan Perancis

            Berdasarkan aturan diatas, kita dapat menganalisa dari poin 1-4 apakah Neymar bisa menjadi subjek pajak dalam negeri di Perancis atau tidak. Mulai dari poin 1, hal ini tampaknya terpenuhi oleh Neymar, karena dengan jangka waktu kontrak yang cukup lama, pasti Neymar akan memiliki tempat tinggal permanen untuk ditempati bersama dengan keluarganya, sehingga hal ini menyatu dengan poin 2, bahwa Neymar memiliki tempat tinggal permanen ganda, yaitu atas rumahnya di Brazil dan juga di Perancis, serta memenuhi kepentingan finansial dan pusat kegiatan personalnya yaitu bermain bola berada di Perancis. Selain itu, Neymar juga memenuhi aturan poin ke 3, bahwa dengan adanya kontrak selama 5 tahun, Neymar akan menetap di Perancis dan melewati time test yang telah ditentukan oleh Perancis. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa Neymar juga merupakan subjek pajak dalam negeri di Perancis.

            Jadi, setelah menganalisa berdasarkan aturan di Perancis, kasus Neymar menimbulkan residen ganda yaitu menjadi subjek pajak dalam negeri di Brazil dan juga subjek pajak dalam negeri di Perancis. Lalu, siapakah yang berhak antara Brazil dan Perancis untuk memajaki penghasilan yang diperoleh Neymar?. Apabila ada kasus status residen ganda, kita bisa menggunakan teori tie-breaker rule guna mencegah aga tidak terjadi pemajakan berganda, sehingga orang tersebut bisa menjadi subjek pajak hanya di satu negara saja.  Tie-breaker rule bisa kita temukan dalam Pasal 4 ayat 2 di P3B, yaitu ditentukan sebagai berikut :

  • Permanent Home
    Yaitu bahwa seseorang akan menjadi SPDN di suatu negara apabila ia memiliki tempat tinggal di negara tersebut.
  • Centre of Vital Interest
    Yaitu apabila seseorang memiliki tempat tinggal tetap di dua negara, maka ditentukan oleh dengan hubungan yang lebih dekat baik secara pribadi dan ekonomi diantara kedua negara tersebut.
  • Place of Habitual Abode
    Yaitu ditentukan berdasarkan dimana ia biasa berada atau paling sering di negara mana antara kedua negara tersebut.
  • Nationality
    Yaitu apabila angka 1,2, dan 3 tidak terpenuhi makan penentuan SPDN berdasarkan warga negaranya.
  • Mutual Agreement Procedure (MAP)
    Yaitu apabila tidak memenuhi angka 1,2,3, dan 4 maka status SPDN akan ditentukan berdasarkan konsultasi pihak yang berwenang sesuai dengan MAP.

            Bila melihat syarat-syarat tie-breaker rule, artinya kita dapat menganalis kasus Neymar masuk dalam subjek pajak dalam negeri negara apa. Pada poin pertama, Neymar memenuhi hal ini karena memiliki tempat tinggal di Brazil dan juga di Prancis, artinya kita masih harus menganalisa lebih lanjut ke poin kedua yaitu centre of vital interest supaya lebih jelas. Di poin kedua, dalam hal hubungan secara pribadi dan ekonomi, Neymar lebih cenderung ke negara Perancis, karena dengan adanya kontrak selama 5 tahun menyebabkan Ia lebih banyak menghabiskan kegiatan pribadinya untuk bermain bola dan kegiatan ekonomi di Perancis, sehingga terhubung juga dengan poin ketiga yaitu place of habitual abode karena kurang lebih selama 5 tahun, Neymar akan berada di Perancis.

             Jadi, sesuai dengan penjelasan diatas, aspek pemajakan atas penghasilan gaji yang diperoleh oleh Neymar akan dipajaki oleh negara Prancis bukan Brazil, meskipun Neymar adalah kewarganegaraan Brazil. Hal ini disebabkan karena penentuan status melalui tie-breaker rule, sehingga diperoleh bahwa Neymar adalah subjek pajak dalam negeri di negara Prancis. Tetapi, atas penghasilan ini Perancis tidak bisa memotong sesuai pasal 17 P3B karena status Neymar sudah menjadi SPDN Perancis sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Perancis sendiri, sehingga penghasilan gaji Neymar akan dipajaki berdasarkan hukum pajak domestik Perancis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun