Mohon tunggu...
Juang Nusantara
Juang Nusantara Mohon Tunggu... -

Indonesia Maju untuk semua, bukan untukmu saja!!!

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Indonesia Akan Terus Dijajah Asing

16 Agustus 2014   00:00 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:26 853
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

De-nasionalisasi. Itulah yang sedang terjadi sekarang. Mulai sejak Reformasi, sampai sekarang ini.

Keserakahan (maruk). Adalah ketidakpedulian pada yang lain. Adalah ego untuk meninggikan diri sendiri. Menguntungkan diri sendiri, tidak peduli meski harus meraup hak orang lain.

Itulah sebabnya tetanggaku rela menyuap begitu besar untuk menjadi pegawai negeri. Itulah sebab utama manusia Indonesia ingin jadi anggota DPR. Itulah sebab utama mereka berpolitik. Itulah sebabnya sekian banyak partai politik berlomba meraih tampuk kepemimpinan negeri ini. Yang benar2 idealis hanya sedikit, yang benar-benar nasionalis hanya segelintir, yang lain mayoritas bermotifkan memperkaya diri sendiri.

Mereka tahu, yang berkuasa pasti banyak uang. Mereka tahu, yang berkuasa pasti untung besar. Berlomba meraih untung terbesar, itulah yang mereka lakukan. Karena mereka tahu, negara ini kaya. Negara ini sumber uang yang tak habis-habisnya. Sumber kekayaan yang relatif mudah diraup. Mudah dikeduk.

Kenapa mudah? Karena mayoritas rakyatnya bodoh. Karena rakyatnya sudah dibikin 'buta'!... ya, buta sejak jaman Belanda dulu. Dijajah, diperbudak, dikeruk hasil alamnya oleh VOC tanpa menyadari bahwa mereka sedang dirampok. Tidak sadar.. karena bodoh. Bodoh karena mudah didoktrin, mudah dimanipulasi, mudah dipecah-belah, mudah dikelabui.

Keserakahan ini adalah sebab utama mereka korupsi. Keserakahan ini adalah Anti-nasionalisme. Karena keserakahan ini, mayoritas rakyat negara ini masih hidup di garis kemiskinan.

Kebodohan rakyat telah sukses dipelihara sampai detik ini. Keberhasilan de-nasionalisme. Baru beberapa tahun ini saja pemerintah mengadakan pendidikan gratis.. yang hasilnya baru akan dirasakan generasi 15th mendatang. Sekarang, hanya sebagian kecil manusia Indonesia yang punya otak, punya akhlak. Kebanyakan adalah yang punya otak tapi lari ke luar negeri, atau yang punya otak tapi ga punya akhlak (serakah), bahkan lebih parahnya: ga punya otak dan juga serakah.

Contoh paling dekat saja baru-baru ini:

Para partai politik rela menghamburkan ratusan milyar Rupiah hanya untuk kampanye, untuk memenangkan dirinya menjadi pemegang kekuasaan di negeri ini.

Jumlah ratusan milyar Rupiah tersebut adalah yang terlapor saja. Yang tidak tercatat dan tidak dilaporkan, tentu saja berkali2 lipat dari itu. Jadi uang yang dihamburkan semasa kampanye pilpres 2014 kemarin, pastinya menyentuh nilai trilyunan Rupiah.

Masya Allah.. Negeri ini rela menghamburkan begitu banyak uang hanya untuk kampanye.

Coba jawab pertanyaan-pertanyaan ini:

- relakah partai politik & pemerintah hamburkan demikian banyak uang untuk membangun perumahan gratis untuk warga miskin?

- relakah mereka keluarkan sedemikian banyak uang untuk membangun kemajuan rakyat di wilayah Indonesia Timur?

- relakah mereka keluarkan kocek sedemikian rupa untuk menyantuni fakir miskin & anak telantar seperti yang tercantum di UUD'45?

- untuk membangun rumah sakit gratis & berkelas di seluruh wilayah Indonesia?

Tentu saja jawabannya: tidak rela.

Meski itu semua hak rakyat yang harusnya dipenuhi, meski itu dapat dipenuhi, sangat bisa dilakukan dan dananya tersedia melimpah, tetap saja TIDAK RELA. Dan rakyat kita sudah dihilangkan kesadarannya akan haknya sebagai warga negara. Sudah terbiasa hidup TANPA HAK.

Hak-hak WNI sebenarnya sudah ditulis sangat jelas dalam Pancasila & UUD'45. Namun sampai sekarang tidak juga dilaksanakan, dengan berbagai macam alasan.

Wahai rakyat Indonesia, sadarlah, ingatlah dan tuntutlah hak kita:

- rakyat berhak pendidikan gratis setinggi2nya.

- rakyat berhak pelayanan kesehatan gratis yg profesional.

- rakyat berhak listrik murah utk keluarga & non-komersil.

- rakyat berhak jalan raya gratis - hapuskan tol.

- rakyat berhak atas BBM dengan harga terjangkau.

- rakyat berhak akan kemandirian ekonomi nasional.

- rakyat berhak perumahan layak yang murah.

- fakir miskin & anak telantar berhak dihidupi & dibina oleh negara.

- rakyat berhak atas kemudahan informasi seperti: internet & media massa yang bersih tanpa dikotori iklan politik.

- rakyat berhak utk menjadi pintar tanpa doktrin SARA & Politik.

- rakyat berhak atas kekayaan bumi Nusantara tanpa digerogoti oleh pihak asing.

- rakyat berhak atas fasilitas kehidupan yang layak, merata untuk semua lapisan masyarakat.

- rakyat berhak hidup bebas dari kesusahan & kemiskinan, rakyat berhak hidup makmur. Negara harus memakmurkan rakyatnya, bukan memeras rakyat.

Indonesia sesungguhnya adalah negara kaya. Namun mayoritas rakyatnya miskin karena para petinggi negara ini pada serakah, memperkaya diri sendiri & golongannya. Tidak punya kepedulian kepada rakyat saudaranya sendiri masih banyak yang miskin. Mayoritas petinggi Indonesia tidak punya jiwa Nasionalisme dan tidak berakhlak.

Coba lihat negara tetangga kita: Brunei. Meskipun negara kecil, dan tidak maju teknologi, namun rakyatnya hidup makmur dan sejahtera. Kenapa? Karena Rajanya berakhlak, berjiwa nasionalis, peduli rakyat, peduli bangsanya, sering membagikan & membangun segala fasilitas kelayakan hidup untuk rakyatnya. Indonesia yang wilayahnya ratusan kali lipat dari Brunei, seharusnya: tidak kalah makmur dari Brunei.

Sejak 1965, rakyat kita didoktrin de-nasionalisme. Demi penjajahan ekonomi oleh asing. Didoktrin untuk egois, menganut sistem upeti, korup. Sehingga mudah dipermainkan, dibodohi, kekayaan alam kita mudah diperah. Mana nasionalisme kita? Mayoritas pemuda Indonesia sekarang mengidolakan luar negeri, dalam segala aspek, mulai dari: bahasa, gaya hidup, budaya, ideologi, ekonomi, teknologi, dst. Indonesia bagaikan bangsa yang tidak punya identitas, tidak punya kebanggaan, tidak punya prinsip kenegaraan.

Tidak banyak opsi untuk perbaikan. Satu cara adalah dengan pendidikan, re-doktrinisasi generasi penerus --> baru akan terasa 15 tahun mendatang, itupun kalau dimulai dari sekarang dengan benar. Ajarkan pentingnya akhlak, kepedulian terhadap saudara sebangsa setanah-air, persatuan bangsa dan nasionalisme. Satu lagi cara lain: Hukum mati semua pelaku KKN --> Monas akan banjir darah, gedung MPR akan kosong, istana negara pun kosong, demikian pula gedung-gedung departemen pemerintahan RI, peduduk Indonesia akan berkurang 5%.

Mari usir warga yg non-nasionalis!

Mari tendang petinggi-petinggi yang ga becus!

Mari gantung koruptor!

Mari kita sadar & awas terhadap penjajahan ekonomi!

Rakyat harus hidup makmur!!

Pemerintah ga sanggup? Ga becus? Mari kita gantung!!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun