Sejak saya gabung kompasiana, baru menelurkan 2 tulisan ini...saya pribad lebih suka surfing di kompasiana, membaca pengalaman-pengalaman hidup banyak orang, suka dan duka, ekonomi, sosial. Bukan bermaksud KEPO hehehehe...tapi lebih ke mencari informasi yang belum atau tidak bisa saya dapatkan dari pengalaman hidup sendiri & pandangan hidup saya sendiri.
Kemarin saya membaca tulisan dari om Tjip (kira-kira ini om Tjip yang mana hayoo?? Ya...om Tjip yang ituu hehehe...) judul tulisannya "jangan terbius kepuasan diri yang semu". Begitu saya membaca judul, lalu isi tulisan dari om Tjip, lalu saya baru sadar... Ternyata, saya terjerumus dalam pusaran ini. La koq bisa?? Ceritanya panjang...
Saya mengawali pekerjaan saat ini mulai dari tahun 2009 lalu, saat itu saya memulai dengan modal Rp.0 , nah...koq bisa? Beneran? Ya bener... Saya sama sekali tidak mengeluarkan biaya, entah sewa gudang, beli alat, dll. Nah terus duitnya dari mana? Ya dari klien. Jadi sebetulnya saya berhutang ke klien, ketika saya mendapat order saya sudah hitung dahulu untungnya berapa, keuntungan tersebut saya ambil di awal untuk sewa gudang & beli peralatan, apa dari 1 klien cukup? Ternyata tidak...saya menerapkan sistem ini sampai klien ke 3 atau ke 4. Dari situ perlahan tapi pasti klien saya bertambah satu demi satu. Biaya operasional juga saya ambilkan dari keuntungan yang saya ambil di awal, mulai dari tahun 1 sampai tahun ke 3 sama sekali tidak ada pembukuan, juga tidak tahu untung atau rugi, saya hanya berjalan mengandalkan insting & hitungan awal (hpp).
Setelah 3tahun bekerja & merasa bisa hidup melalui pekerjaan saya, saya mulai pongah...saya mulai berpuas diri, merasa tidak perlu orang lain, meremehkan pekerjaan (karena saya merasa, ah tak biarkan gini saja bisa berkembang koq). Akhirnya...tahun lalu saya jatuh bangkrut, ya bangkrutkrut (nanti saya ceritakan bagaimana koq bisa di tulisan yang lain saja ya)
Sejak awal tahun lalu saya memulai lagi dari NOL, dalam artian cara kerja yang baru, sistem pembukuan yang baru (yang lalu nda ada sama sekali), ada stock opname, komunikasi dengan pekerja ditingkatkan, dll. Jadi betul-betul A New Day A New Life... Sangat membuat frustasi, tapi saya sadari belakangan bahwa ini betul kesalahan saya. Saya terlalu berpuas diri & tinggi hati, sehingga sejak saat itu saya berjanji agar berubah menjadi pribadi yang kebih baik. Memulai kembali itu sangat melelahkan, tekan ekonomi ketika tidak ada pemasukam, tekanan batin ketika tukang/pekerja tidak mendapat pemasukan yang mencukupi, tekan sosial saat kita sudah terima order tetapi terlambat dalam pengiriman dan juga tekanan dalam keluarga sendiri.
Tulisan ini saya buat agar saya pribadi selalu teringat & selalu di ingatkan bahwa roda selalu berjalan, pada titik atas jangan terlalu pongah dan menyepelekan, saat dititik bawah agar tidak kehilangan semangat.
Terimakasih untuk Om Tjip, dengan membaca tulisan om di kompasiana saya teringatkan kembali.
Salam
Billy Adrian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H