Dalam hiruk pikuk kehidupan, di mana suara bising kota tak pernah berhenti, ada satu suara yang terus bergema di dalam hati. Suara harapan. Harapan akan kehadiran seseorang yang dapat mengisi kekosongan dalam jiwa. Namun, di tengah riuhnya dunia, harapan itu terasa semakin jauh dan samar.
Wanita ini pernah merasakan indahnya cinta. Pernah merasakan bagaimana rasanya memiliki seseorang yang selalu ada untuknya. Namun, takdir berkata lain. Kepergian sang kekasih meninggalkan luka mendalam di hati. Luka yang sulit disembuhkan oleh waktu. Meski begitu, secercah harapan masih menyala di dalam diri. Â Berharap suatu saat nanti akan ada yang datang dan menggantikan posisi yang ditinggalkan.
Hari demi hari berlalu, namun harapan itu tak kunjung terwujud. Mencoba membuka hati untuk orang lain, namun selalu saja ada ketakutan yang menghalanginya. Ketakutan akan terluka kembali. Di tengah kesendiriannya, ia sering kali bertanya-tanya, apakah masih ada harapan baginya untuk menemukan kebahagiaan?
Dalam sunyi malam, sering kali merenung. Mengingat kembali pertemuan singkat. Air mata tak kuasa dibendung. Namun, di balik kesedihannya, ada kekuatan yang terus membangkitkan. Nyatanya harus lebih sadar bahwa hidup harus terus berjalan. Harus belajar untuk melepaskan dan menerima kenyataan.
Meskipun harapan telah pudar, tapi tidak boleh kehilangan semangat hidup. Terus berusaha untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Belajar untuk mencintai diri sendiri dan menikmati hidup. Percaya bahwa kebahagiaan sejati itu ada, dan suatu saat nanti ia akan menemukannya.
Sehat-sehat hamba Allah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H