Konflik Wadas yang terjadi baru-baru ini menjadi perbincangan hangat. Kabarnya di wilayah Wadas Purworejo akan dibangun proyek strategis Bendungan Bener oleh pemerintah, namun mendapatkan penolakan warga.
Hal itu dipicu oleh penolakan sebagian warga atas rencana penambangan andesit di Wadas untuk Bendungan Bener.
Beredar kabar pula bahwa ada aksi kekerasan dari warga yang menolak penambangan batu andesit tersebut. Oleh karena itu, masalah pun makin ramai.
Dari sekelumit masalah itu, ada yang penting dipahami bahwa pemerintah harus bisa menerima penolakan oleh sebagian warga dan melakukan pendekatan humanis kepada warga.
Meski warga menolak tanahnya dijual untuk menjadi bagian dari penambangan batu andesit, maka hormati itu. Jangan sampai ada aksi-aksi kekerasan yang terjadi sehingga melukai hati warga.
Namanya penambangan tentu berdampak pada kualitas lingkungan sekitar. Apalagi daerah pembangunan Bendungan Bener tersebut dikelilingi oleh bukit-bukit dan hutan yang asri. Kalau dijadikan tempat penambangan batu andesit untuk Bendungan Bener, ya sama saja dapat merusak lingkungan. Itulah pemahaman masyarakat melihat penambangan.
Alangkah baiknya, pemerintah bisa memahami warga yang menolak. Jangan memaksa warga harus mau tanahnya dijual atau pemerintah bertindak sesuka hati demi terjadinya penambangan batu andesit demi keperluan Bendungan Bener.
Pemerintah harus berdialog untuk mencapai solusi terbaik. Jikalau memang warga ada yang menolak, ya hormati dan cari tempat lain untuk kepentingan penambangan batu andesit.
Selama ini kerusakan alam sudah sangat marak terjadi. Jadi, jikalau masyarakat melakukan penolakan terhadap sebuah penambangan, maka itu sah-sah saja.
Semoga saja masalah ini selesai dengan baik. Jangan ada lagi bentrokan yang terjadi. Selanjutnya, pemerintah sebaiknya mencari tempat lain untuk proses penambangan batu andesit dan tidak harus di wilayah Wadas jika banyak yang menolak.