Keakraban antara Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri pada saat peresmian patung Bung Karno berkuda di halaman Kementerian Pertahanan mengundang tanggapan dan komentar dari banyak pihak.
Keduanya terlihat begitu akrab ketika Megawati Soekarnoputri diundang secara khusus untuk datang dalam acara peresmian tersebut. Momen keakraban keduanya tergambar usai Prabowo memberikan sambutannya. Saat kembali ke kursinya yang berada di sebelah kiri Megawati, Prabowo tampak menganggukkan kepala ke Megawati Soekarnoputri dan Bu Megawati pun balas mengangguk.
Terlihat juga saat Bu Megawati Soekarnoputri mengatakan bahwa Prabowo adalah sahabatnya dan Prabowo terlihat mengantar Megawati kembali ke mobilnya dan memberikan hormat saat Bu Megawati meninggalkan gedung Kemhan (detik com).
Dari beberapa bentuk keakraban itu, diartikan lebih oleh berbagai pihak dan mengartikan sebagai bentuk koalisi semakin terlihat di  pemilu 2024 mendatang.
Dalam hal ini, boleh-boleh saja masyarakat mengatakan demikian karena kemesraan terjalin saat ini berkaitan dengan pemilu 2024. Dalam politik tidak ada yang mustahil, apalagi Prabowo dan Megawati adalah sahabat.
Jika tahun 2019 lalu tidak berkoalisi, bukan berarti di pemilu 2024 tidak akan berkoalisi lagi. Dalam perbincangan di televisi, penulis mendengar bincang-bincang bahwa kans besar bahwa Prabowo Subianto sebagai Ketua Umum Partai Gerindra sekaligus Menteri Pertahanan dan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri akan berkoalisi.
Bahkan isu hangat beredar antara Puan Maharani dan Prabowo Subianto akan dipasangkan sebagai calon presiden dan wakil presiden di pemilu 2024.
Memang pemilu masih lama, akan tetapi tali silaturahmi antar partai harus dimulai dari sekarang. Wajar-wajar saja sering kita saksikan Ketua Umum partai bertemu dengan Ketua Umum partai lainnya akhir-akhir ini.
Semua itu menjaga tali silaturahmi, hubungan baik maupun komunikasi menjelang pemilu 2024 mendatang. Apalagi jikalau benar PDIP dan Gerindra akan berkoalisi, tentu itu jadi angin segar karena keduanya adalah partai besar dan memiliki banyak suara di parlemen sehingga mantap mengusung kader sendiri sebagai calon presiden dan wakil presiden.
Akan tetapi, antara PDIP dan Gerindra harus jeli juga memilih calon yang tepat untuknya. Jangan sampai salah pilih calon dari kader sendiri. Lihatlah apa yang dibutuhkan rakyat saat ini dari seorang pemimpin dan lihat kinerjanya serta kedekatan dengan rakyat.
Hal itu penting agar suara kemenangan semakin besar baik bagi calon presiden dan wakil presiden serta partai politik itu sendiri.