Semakin hangatnya berita mengenai kerumunan dalam acara pernikahan anak Rizieq Shihab dan soal pernyataan Pangdam Jaya karena TNI mencopot baliho berisi foto Rizieq Shihab serta pernyataan "Bubarkan Saja FPI!" membuat beberapa tokoh memberikan pandangan soal kegaduhan itu.Â
Wakil Presiden RI ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla menyinggung "kekosongan kepemimpinan yang bisa menyerap aspirasi secara luas" sebagai penyebab dibalik semakin meluasnya dukungan untuk Imam Besar FPI Rizieq Shihab dalam beberapa waktu terakhir.
Menurut JK, saat ini masyarakat tengah mencari pemimpin alternatif yang dinilai dapat mewakili aspirasi mereka. JK juga mengatakan Rizieq sebagai saluran aspirasi adalah pertanyaan yang harus dievaluasi dan dijawab (CNN Indonesia.com, 21/11).
Apa benar?
Pertanyaan mendasarnya adalah apa benar kegaduhan yang terjadi beberapa hari ini akibat kekosongan kepemimpinan?. Penulis mencermati lebih tepatnya bukan kekosongan kepemimpinan tetapi lebih kepada peran kita bersama untuk meminimalisir kegaduhan dan mencegah kegaduhan tersebut masih rendah.
Jujur saja, penulis melihat betapa kita tidak bersatu dengan pemerintah yang telah memegang penuh kepemimpinan Indonesia lima tahun kedepan, namun pihak lain tidak membantu.
Sudah dikatakan ayo kita bersama untuk menjaga jarak, cuci tangan dan pakai masker tetapi masih ada yang melanggar. Bahkan, ada pihak menciptakan kerumunan seperti dalam acara pernikahan anak Rizieq Shihab. Itulah pertanda kita tidak bekerjasama dan tak seia sekata melawan musuh terbesar saat ini yaitu Covid-19.
Jika pernyataan Pak JK diatas bahwa Rizieq Shihab sebagai saluran aspirasi memang harus dipertanyakan. Entah kenapa harus Rizieq Shihab sebagai saluran aspirasi, apa tidak ada pihak lain yang lebih baik lagi?.
Kalau demikian Rizieq Shihab sebagai saluran aspirasi, harusnya beliau bisa memegang teguh kedamaian dan kenyamanan kita bersama dengan mengimbau agar massa tidak turun langsung dalam acara pernikahan anaknya maupun penyambutan dirinya pulang ke tanah air.
Harusnya Rizieq Shihab sebagai tokoh terkenal di kalangan umat Islam bisa jadi contoh penerapan protokol kesehatan secara ketat. Namun, hal itu tidak terlihat sebagaimana kita melihat bagaimana kerumunan sangat banyak saat acara Rizieq Shihab dan penyambutannya.
Jadi, sebenarnya kegaduhan bukan karena kekosongan kepemimpinan namun rasa persatuan kita mencegah dan meminimalisir kegaduhan itu saja yang kurang. Kita masih percaya pada seseorang bukan kepada pemerintahan sendiri.