Baru-baru ini beredar pemberitaan mengenai surat Bos Djarum Robert Budi Hartono menyurati Presiden Jokowi terkait rencana Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menerapkan PSBB ketat dimulai 14 September 2020.
Diberitakan bahwa Budi Hartono menuliskan bahwa keputusan untuk memberlakukan PSBB kembali itu tidak tepat.
Karena surat tersebut, Said Didu melalui akun Twitter-nya @msaid_didu membagikan foto bungkusan rokok Djarum Super ke tong sampah.
"Pengumuman: Demi dukacita saya para korban Covid-19, atas protes pemilik Djarum terhadap kebijakan selamatkan nyawa rakyat Indonesia, setelah 35 tahun saya merokok Djarum Super, saat ini saya nyatakan Berhenti merokok Djarum Super. Selamat tinggal," kata Said Didu dilansir dari Pojoksatu.id, 13/9.
Aneh
Jujur saja, penulis merasa aneh melihat Said Didu saat mencuit pernyataan seperti itu. Apa hubungannya, penolakan PSBB bos Djarum dengan buang rokok Djarum dan tidak mengonsumsi rokok Djarum lagi?.
Hak semua orang sebenarnya bersuara dan mengkritik pemerintah. Jadi, tak masalah juga kalau bos Djarum menyampaikan keluh kesah dan ketidaksepahaman beliau terkait PSBB itu. Itu hak demokrasi semua orang.
Ketika Pak Said memampangkan buang rokok Djarum karena penolakan bos Djarum terkait PSBB bagi saya memang aneh. Dapat dikatakan tidak bijak juga.
Lagipula, mau mengonsumsi rokok Djarum ataupun tidak sebenarnya tidak masalah bagi bos Djarum karena konsumen rokok Djarum juga banyak bukan hanya Said Didu.
Tapi, sikapnya sangat aneh sekali. Kalau boleh penulis katakan agak sedikit "lebay" memamerkan buang rokok Djarum.
Pro kontra atas PSBB Anies Baswedan ini alangkah baiknya kita sikapi dengan baik, bijak dan bisa menerima segala masukan yang ada. Bagaimanapun kontranya kita terhadap kritik orang lain, tapi jadikan itu sebagai batu loncatan untuk lebih baik.
Sikap dari Pak Said Didu itupun penulis yakin akan mendapatkan kontra dari netizen. Pasti banyak yang tidak sepaham dengan Said Didu.
Begitu juga terhadap kebijakan Pak Anies Baswedan tentu akan banyak yang kontra. Itu sah-sah saja. Pemikiran kita tidak bisa disamakan dengan pemikiran orang lain.
Harapan kita tidak sama dengan harapan orang lain. Itulah indahnya demokrasi meski ada perbedaan pandangan dan pendapat. Didalam perbedaan pasti ada solusi terbaik yang bisa kita petik.
Meskipun bos Djarum Super mengirimkan surat kepada Presiden Jokowi, belum tentu juga akan direalisasikan dengan pertimbangan yang mendalam. Oleh karena itu, tak perlu kita ambil hati surat dari bos Djarum tersebut.
SekianÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H