Pernyataan Menteri Agama Fachrul Razi yaitu "anak yang good looking" dikirimkan ke masjid lingkungan pemerintah dan BUMN supaya bisa dengan mudah diterima menuai kritikan. Si anak good looking itu dikatakan pandai Al-Quran dan Hafidz. Ilustrasi itulah yang memicu ledakan protes di media sosial.
Atas pernyataan tersebut, banyak serangan kritikan mengarah pada seorang Menag Fachrul Razi yang membuat kita ribut di ruang publik.
Atas banyaknya yang menyerang Fachrul Razi, maka Ruhut angkat bicara dan membelanya.
"Menag kok kambuh lagi, yang kambuh siapa? Lucu juga nie pernyataan karena itu Pak Jenderal Purn Fachrul Razi Menteri Agama RI maju teruussss menuju Indonesia maju, kata Ruhut melalui akun Twitternya dilansir dari Suara.com, 5/9.
Padahal maksud Fahrul Razi ingin menekankan betapa penting sikap waspada terhadap penyebaran paham ekstrem keagamaan.
Siapa yang kambuh?
Apa yang dikatakan Ruhut tersebut mengenai siapa yang kambuh, dapat kita maknai ditujukan kepada siapa. Tentu maksudnya adalah mereka-mereka yang tidak mengerti maksud dari pernyataan Menag tersebut.
Ramai sekali serangan kepada Menag padahal ada perbedaan tafsir dan pemikiran saja. Tidak ada Menag menyebutkan siapa orang yang dia katakan "good looking" tadi.
Tapi, sepertinya kata itu dipolitisir dan digoreng-goreng menjadi makin besar dan viral. Itulah sepertinya yang membuat kasus tersebut makin ramai.
Menag memaksudkan penetrasi paham keagamaan ekstrem itu bisa terjadi dimana saja, termasuk di rumah ibadah.
Sebab itu, Menag tidak menuduh siapa-siapa. Namun, karena perbedaan pandangan dan pemikiran membuat pernyataan itu ramai diperbincangkan.Â
Bukan itu saja, agak rancu sebenarnya Menag menyampaikan pernyataan tersebut karena membawa-bawa agama yang sangat sensitif. Jadi, masyarakat berpikiran aneh dan merasa kecewa dengan pernyataan tersebut.
Saran agar hal tersebut tidak berlanjut adalah kita tidak boleh membuat pernyataan yang multitafsir atau makna ganda karena bisa disikapi lain atau berbeda oleh masyarakat lainnya.
Alangkah baiknya, kita cari kalimat, diksi-diksi kata yang baik dan bisa dimengerti banyak orang demi menjalin persatuan dan kesatuan di negeri ini. Terutama politisi dan pejabat negara harus lebih bijak dalam mengutip dan mengambil sebuah kata dan kalimat agar tidak dimaknai lain oleh masyarakat. Carilah penggunaan bahasa yang mudah dimengerti.
Untuk masyarakat lainnya, jika ada pernyataan yang kontroversial, maka kita diminta untuk tidak memanaskan suasana dan membakar kemarahan warga sehingga masalah makin besar dan kita juga ikutan ribut.
Seorang Ruhut angkat bicara soal itu tentu melihat serangan ke Menag sangat ramai dan perlu ada bantuan dan klarifikasi agar masalah selesai.
Akan ada oknum politisi yang memanaskan suasana sehingga Ruhut turun tangan dan ingin menetralisir suasana agar Menag Fachrul Razi tidak makin terpuruk.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H