Presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) Din Syamsuddin menyambut baik deklarasi di depan Gedung Sate. Din sebelumnya menghadiri deklarasi KAMI Jabar di salah satu rumah di Bandung.
Belakangan diketahui Deklarasi dilakukan di rumah mantan Kepala Badan Penempatan dan Perlindungan TKI Jumhur Hidayat.
Atas deklarasi itu Din menyampaikan,"KAMI adalah gerakan dari anak-anak bangsa yang terpelajar yang mengedepankan akal pikiran, maka kita kedepankan akal pikiran. Jangan otot pakailah otak," ujarnya dilansir dari CNN Indonesia.com, 7/9.
Begitu mengejutkan pernyataan dari Din Syamsuddin tersebut. Tak bisa dibayangkanbbegitu mengejutkan pernyataan itu.Â
KAMI adalah gerakan dari anak bangsa tapi mengalami penolakan, bagaimana itu?. Keluar lagi kata-kata jangan pakai otot tapi pakai otak.
Emangnya penolakan KAMI deklarasi pakai otot? Â Tentu tidak. Tidak semua masyarakat Indonesia sekitar 260 juta ini benar-benar mendukung KAMI seratus persen. Tentu ada yang menolak atau kontra dengan KAMI tersebut.
Itu hal wajar dalam demokrasi. Setiap masyarakat pasti sudah memikirkan sebenernya KAMI ini terbentuk atas dasar apa, apakah politik atau moral. Sudah pasti banyak masyarakat mencurigai dan kontra dengan KAMI karena melihat kinerja pemerintah sudah cukup bagus selama ini dan selama Pandemi Covid-19 ini.
Jadi, untuk apa harus membuat deklarasi menyelamatkan Indonesia?. Emangnya Indonesia berada di ambang kehancuran?. Kita masih bisa berdiri tegak dan mengatasi masalah Pandemi dengan bersama-sama atau bersatu. Jadi, tidak perlu mengatakan ingin menyelamatkan Indonesia.
Mau dengan apa tokoh-tokoh di KAMI dalam menyelamatkan Indonesia?. Apakah hanya dengan kata-kata tanpa aksi nyata atau dengan apa?.
Percuma saja KAMI mengatakan gerakan moral menyelamatkan Indonesia tapi kalau tidak bisa berbuat banyak dengan aksi maka tetap saja tidak ada perubahan.
Apakah menyelamatkan Indonesia dengan kritik saja? . Tentu tidak ada artinya. Harus ada tokoh dari KAMI masuk ke pemerintahan agar bisa menggerakkan dan melakukan kerja-kerja nyata menyelamatkan rakyat dan negara.
Kalau hanya sekedar deklarasi maka masyarakat akan pesimis ada perubahan dari para tokoh KAMI.
Sebab itulah, ada penolakan deklarasi KAMI karena masyarakat berpikir KAMI juga tidak bisa berbuat banyak hanya mengkritik tanpa aksi.
Hanya bisa deklarasi tapi tidak ada pembuktian. Karena itulah, dicap KAMI ada unsur-unsur politik di dalamnya. Entah itu ada barisan "sakit hati" maupun kecewa dan mereka-mereka yang ingin menjadi Presiden seperti kata Bu Megawati Soekarnoputri.
Din Syamsuddin sebagai presidium KAMI harus melihat kenyataan ini bahwa sebenarnya KAMI banyak yang menolak. Atas penolakan itu, sebaiknya KAMI tidak terlalu gencar mengungkap kekurangan dan seakan-akan pemerintah banyak melakukan kesalahan.
Pernyataan dari Pak Din Syamsuddin bagi penulis seakan-akan ingin mengatakan bahwa pemerintah itu banyak kurangnya. Masyarakat yang mendukung pemerintah itu salah. Padahal, tidaklah demikian. KAMI juga banyak kekurangan karena itu ada penolakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H