Mohon tunggu...
Juan Manullang
Juan Manullang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus FH Unika ST Thomas Sumut IG: Juandi1193 Youtube: Juandi Manullang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Dampak Buruk Pilkada di Tengah Pandemi

6 September 2020   21:53 Diperbarui: 6 September 2020   22:09 932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bulan Desember tahun ini akan dilakukan pemungutan suara di pilkada di beberapa daerah di Indonesia. Ini jadi tantangan buat kita dimana pilkada di tengah Pandemi Covid-19.

Sungguh ini tidak mudah. Tapi, apa mau dikata kesepakatan dan aturan yang ada sudah menentukan bulan Desember tetap diadakan pemungutan suara di pilkada.

Dampak buruk dari pilkada di tengah Pandemi Covid-19 tersebut adalah masyarakat enggan mendatangi Tempat Pemungutan Suara (TPS) pilkada serentak tahun 2020.

Kata Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan menyebut,"Ada sekitar katakanlah 20-46 persen potensi masyarakat yang enggan atau menyatakan kemungkinan besar tidak mau datang ke TPS," dilansir dari CNN Indonesia.com, 5/9.

Ia mencatat, pilkada 2018 saja angka partisipasi menurun menjadi 73,24 persen dari yang sebelumnya di pilkada 2017 sebesar 74,2 persen.

Penurunan itu pun tentunya terjadi tahun ini. Apa mau dikata karena pemerintah sudah menentukan sikap dan aturan bahwa pilkada bulan Desember.

Risikonya adalah sedikit masyarakat memberikan pilihan alias golput atau golongan putih. Inilah sanksi pilkada di tengah Pandemi Covid-19.

Meski demikian, kita pun harus menerima konsekuensi pilkada di tengah Pandemi. Siapapun calon kepala daerah yang menang maka itu tetap pilihan rakyat meski sedikit yang memberikan suara atau pilihan.

Sekaligus, rendahnya pemilih akan membuktikan tingkat demokrasi menurun selama pilkada. Seharusnya, namanya demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat.

Sebab itu, rakyat harus memberikan pilihan atau suara ke TPS agar demokrasi berjalan lebih baik. Tapi, semua sepertinya sirna karena tidak ada upaya melaksanakan pilkada tahun 2021.

Ya sudahlah, biarlah pemimpin yang terpilih di masa Pandemi bisa menjalankan amanat rakyat dengan baik. Tidak melakukan tindakan-tindakan tak terpuji maupun melanggar hukum dan janjinya sebagai kepala daerah.

Semoga juga kampanye protokol kesehatan tetap digaungkan dengan tidak mengundang banyak massa untuk berkampanye maupun iring-iringan dalam mendatangi KPU untuk melakukan pendaftaran.

Ingat, pilkada tahun 2020 jangan jadi klaster baru penyebaran Covid-19. Kalau terjadi, maka tahun 2021 kita akan masih berkutat pada Pandemi Covid-19 ini.

Calon kepala daerah yang sudah sah mendaftar di KPU dimohonkan tetap menjaga kesehatan masyarakat dan menjunjung tinggi himbauan dari pemerintah. Jangan terjadi rakyat korban dari Pandemi Covid-19 karena ikut pilkada.

Kampanyekanlah kepatuhan dan ketaatan terhadap protokol kesehatan daripada banyak-banyak mengeluarkan visi misi tapi tidak ada ajakan masyarakat mematuhi perintah dan himbauan pemerintah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun