Pernyataan Ketua DPP PDIP Puan Maharani beberapa waktu lalu belum selesai juga. Masih jadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat, politisi dan media.
Kali ini pernyataan anggota Fraksi Partai Demokrat DPR RI Bambang Purwanto menyayangkan pernyataan Puan Maharani.
Bambang mengatakan, "pernyataan ini sebenarnya sebagai bukti bahwa Pancasila rentan digunakan sebagai alat untuk menekan atau menakut-nakuti masyarakat atau lawan politik," kata Bambang kepada CNN Indonesia.com, 4/9.
Bambang juga menegaskan partainya tak sepakat dengan pendapat Puan itu. Ia meyakini Sumbar tak sedikitpun meragukan Pancasila sebagai ideologi bangsa.
Tentu atas pernyataan politisi partai Demokrat tersebut membuat situasi makin "memanas" terutama antara PDIP dan Demokrat.
Pernyataan itu sangat menusuk dan menyindir sehingga menambah daftar baru perseteruan keduanya. Masih kita ingat bagaimana pernyataan Djarot Saiful Hidayat terhadap Akhyar Nasution yang pernah pindah partai ke Demokrat karena ingin mencalonkan diri sebagai walikota Medan. Dalam hal tersebut, kedua partai saling jawab menjawab atas pernyataan tersebut.
Kali ini, atas pernyataan diatas tadi dari politisi partai Demokrat, Hasto Kristiyanto Sekjen PDIP membalas, "Sejak awal saya sudah menduga bahwa Mulyadi tidak kokoh dalam sikap sebagai pemimpin, sehingga mudah goyah dalam dialektika ideologi," detik.com, 6/9.
Dengan adanya saling jawab pernyataan itu membuat situasi kedua partai makin "memanas". Padahal, sebelumnya sudah agak cair setelah pernyataan Djarot kepada Akhyar Nasution.
Kali ini, kembali lagi karena pernyataan Puan Maharani. Dalam hal inilah, semakin menegaskan bahwa politik itu sangat membingungkan dan sulit diterka.
Ketika sedang memanas begini, tapi sebentar lagi akan mencair ketika sama-sama mengusung calon dalam pilkada tahun ini.
Atas pernyataan Puan Maharani membuat banyak partai politik tidak sepakat dengan itu dan menyerang PDIP. Akan tetapi, itu hanya di Sumbar tetapi tidak di tempat lain.