Rizal Ramli yang kita kenal sebagai ekonom, pernah juga menjabat sebagai menteri di periode Jokowi-Jusuf Kalla dan kali ini bergabung dalam jajaran tokoh Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia atau KAMI membuat pernyataan yang mengejutkan.
Rizal Ramli mengatakan,"Rakyat hidupnya makin susah, makan saja susah, disamping itu juga ada semangat semakin otoriter. Teman-teman ambil inisiatif untuk membikin KAMI," kata Rizal kepada CNN Indonesia.com,7/8.
Rizal Ramli juga menyinggung ada cara-cara pakai buzzer dan influencer membajak demokrasi, menurunkan kualitas demokrasi dan lainnya.
Menjadi pertanyaan, alasannya apa, sehingga ada kesan pemerintah otoriter menurut Rizal Ramli?. Padahal yang kita lihat saat ini, demokrasi sangat terjaga. Banyak sekali pihak-pihak mengkritik keras pemerintah tapi tidak ada larangan apalagi dibawa-bawa ke proses hukum.
Dugaan-dugaan buzzer juga sampai sekarang penulis lihat sulit untuk dimengerti. Pengertian pihak pengkritik pemerintah kemungkinan besar para buzzer itu adalah orang-orang yang membalas pengkritik pemerintah tersebut?.
Jadi, andai ada pihak yang mengkritik keras pemerintah dan dijawab atau dibalas pihak lainnya dengan membela pemerintah, apakah itu bisa disebut buzzer atau influencer tadi?.
Sampai sekarang, penulis tidak mengerti buzzer-buzzer yang didengungkan saat ini oleh mereka yang ada di luar pemerintahan.
Jadi, tak boleh ada lagi orang yang membela pemerintah?. Jadi biarkan saja pemerintah dikritik keras, tanpa ada yang membela atau membalas kritikan dan kritikan?.
Kalau begitu, sama saja itu namanya merusak demokrasi. Masa sih, demokrasi berlaku hanya pada pengkritik pemerintah dan tidak berlaku pada pembela pemerintah?.
Jadi sebenarnya, perlu kita semua termasuk politisi maupun pihak di luar pemerintah menerima demokrasi kita penuh tanpa ada perspektif negatif terhadap pemerintah.
Jangan sampai karena kritikan dibalas malah disebut buzzer. Ada pengkritik yang memang keterlaluan sekali kata-katanya ketika diproses hukum malah disebut membungkam demokrasi. Itu akan membuat negara kita makin gaduh dan makin timbul kesewenang-wenangan.
Otoriter dalam defenisi Pak Rizal Ramli terhadap pemerintahan sekarang ini adalah menurut diri beliau sendiri. Menurut orang lain belum tentu sama.
Jadi, perbedaan itu kita hormati dan hargai sebagai bentuk keindahan demokrasi di Indonesia. Tak masalah ada tudingan tersebut, tapi bebaskan juga orang lain melakukan pembelaan atas itu.
Sebagai warganegara yang baik, kita diberikan kebebasan mengkritik, dibebaskan pula berperan serta dalam pembangunan dan mengembangkan sumber daya manusia tapi dalam koridor yang benar dan terukur.
Pemerintahan saat ini sudah sangat berbeda dengan ketika zaman orde baru, dimana yang penulis tahu dari orangtua bahwa setiap pengkritik pemerintah zaman orde baru bisa diculik atau disembunyikan atau dibungkam saat kebijakan maupun program pemerintah dikritik.
Kalau zaman sekarang sudah sangat berbeda sekali. Tidak ada aksi penculikan, disekap maupun dibungkam kritikan kita. Semua bebas mengeluarkan pendapat dan aspirasi. Karena itu, demokrasi kita lebih terjaga dan tidak ada kepemimpinan otoriter seperti dugaan Pak Rizal Ramli.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H