Pidato Presiden Jokowi dalam sidang tahunan MPR kemarin banyak mendapat tanggapan dari berbagai pihak. Ada dari politisi PKS Mardani Ali Sera dan ada dari PA 212.
Dalam sidang tahunan MPR tersebut Presiden Jokowi berkata, "Demokrasi memang menjamin kebebasan, namun kebebasan yang menghargai hak orang lain. Jangan ada yang merasa paling benar sendiri dan yang lain dipersalahkan. Jangan ada yang merasa paling agamis sendiri. Jangan ada yang merasa paling pancasilais sendiri" ujar Jokowi Dilansir dari detik.com, 14/8.
Jawaban datang dari Ketua Umum PA 212, Slamet Maarif," Bagi seorang muslim yang iman kuat pasti akan mengedepankan agama diatas segalanya. Yang harus diperhatikan serius oleh Jokowi itu justru yang ingin merubah Pancasila dengan Trisila dan Ekasila tapi merasa paling Pancasilais,".
Atas jawaban dari PA 212 tersebut pada dasarnya untuk mengajak kita semua bangsa Indonesia agar lebih mendepankan agama dan Pancasila secara bersama-sama dan seimbang tanpa harus merenggut hak orang lain.
Dalam hal ini ini tidak merenggut hak orang lain dalam beribadah dan memilih agama sesuai kepercayaan dan keyakinannya. Kita sudah sering melihat banyak sekali aksi intoleransi di Republik ini.
Masih ada larangan mendirikan ibadah dan beribadah juga. Ini yang diharapkan Presiden Jokowi untuk kita lawan. "Jangan ada yang merasa paling agamis".Â
Konstitusi kita sudah menegaskan dan mengatur bahwa setiap orang berhak memiliki dan memilih agama sesuai kepercayaan dan keyakinannya. Karena itu, kita hormati aturan dan amanah UUD 1945 tersebut.
Begitu pula Pancasila mengajak kita untuk menghormati saudara kita semua umat beragama di Indonesia agar saling mencintai, menghormati dan menghargai satu dengan lainnya sesuai dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.
Sebenarnya Presiden Jokowi ingin menitikberatkan pada hal tersebut, bukan untuk menyakiti maupun menyindir siapapun di negara ini.
Semangat Pancasila dan agama itu adalah satu kesatuan yang utuh. Harus sama-sama kita jalankan dan terapkan dalam kehidupan demi terciptanya kenyamanan, keamanan dan ketentraman bersama.
Praktik-praktik yang ingin mengubah Pancasila memang harus kita cegah dan lawan karena itu tidak mencerminkan semangat Pancasila tersebut.
Tak perlu kita juga merasa benar dengan segala apa yang terlah kita perbuat. Kita tak perlu mempertahankan apa yang salah, tetapi kita pertahankan apa yang benar.
Pancasila dan agama itu saling melengkapi. Kita juga diminta untuk mengamati, mengerti dan memahami Pancasila dan agama secara bersamaan.
Ketika ada saudara kita yang salah dengan sedikit menyentuh dan menyinggung agama lain, sebaiknya kita melihat secara jelas apakah itu salah, selanjutnya jika salah maka laporkan kepada pihak kepolisian.
Kita tak boleh mengintervensi kasus tersebut dengan membawa-bawa nama agama dan Pancasila. Hukumlah yang kita junjung tinggi demi menjamin keadilan dan kepastian.
Terkait dengan RUU Haluan Ideologi Pancasila (HIP) yang waktu lalu ramai diperbincangkan. Alangkah baiknya, jika ada yang kurang berkenan dengan RUU tersebut, mari kita koreksi dan kita kita kritisi agar menjadi lebih baik. Tidak dengan melakukan aksi yang ekstrim yang membahayakan keselamatan kita bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H