Penulis sendiri sebenarnya senang dengan gagasan guru penggerak, organisasi penggerak maupun konsep belajar jarak jauh. Cuma kelemahan dari organisasi dan guru penggerak harus didiskusikan dulu, bagaimana konsep nya, anggarannya dan sistemnya dengan organisasi besar seperti NU, Muhammadiyah dan PGRI.
Penulis yakin, gagasan mas Nadiem akan diterima dan diapresiasi. Begitu juga dengan belajar jarak jauh tadi. Kebijakan itu lebih disenangi dan diapresiasi mereka yang mampu dan bisa beli gadget dan kuota. Bagi yang tidak mampu maka terapkan yang penulis paparkan diatas.
Untuk yang kedua mengenai biaya kuliah mahal sehingga Nadiem dilaporkan ke Komnas HAM, bisa sebenarnya dibicarakan baik-baik dan dengan musyawarah mufakat.
Dijelaskan oleh pihak Kemendikbud bahwa mereka tidak pernah represif dan membungkam aspirasi mahasiswa. Pemerintah juga mengeluarkan anggaran sebesar Rp. 4,1 triliun guna membantu mahasiswa. Bantuan itu berupa KIP dan bantuan uang kuliah.
Penulis rasa ada miss komunikasi saja diantara pihak Kemendikbud dan mahasiswa atau universitas. Bisa dibicarakan lebih dalam dan lebih tenang lagi agar masalah ini bisa diselesaikan.
Mas Nadiem selalu Mendikbud harus mau turun mendengarkan aspirasi mahasiswa itu. Mau mereka apa, agar masalah ini tidak terus menyerang beliau dan membuat pusing beliau.
Semoga paparan saya diatas bermanfaat dan ada titik terangnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H