Terpilihnya Gibran Rakabuming menjadi calon walikota Solo dalam pilwalkot Solo tahun ini menimbulkan juga pemikiran buat kita, pengamat maupun politisi, apakah Gibran dipersiapkan untuk mengikuti pemilu 2024 mendatang?.
Kalau penulis pribadi sepakat dengan pernyataan pengamat politik Hendri Satrio bahwa Gibran tidak dipersiapkan untuk mengikuti pemilu 2024 tetapi kemungkinan 2029.
Hendri berpandangan bahwa terlalu dini Gibran dipersiapkan pada pemilu 2024. Dia juga berpandangan bahwa Gibran bisa jadi mengikuti jejak Presiden Jokowi dari walikota Solo, masuk menjadi Gubernur Jakarta dan sampai mencalonkan sebagai calon Presiden (JPNN.com, 27/7/2020).
Penulis sepakat dengan pengamat tersebut, soalnya tidak gampang memimpin sebuah negara besar dimana penduduk mencapai sekitar 260 juta dan bisa bertambah lagi.
Untuk memimpin Solo saja kita belum tahu bagaimana sepak terjangnya Gibran nanti kalau terpilih. Sekarang Gibran masih berjuang memenangkan pilwalkot Solo dulu. Kalau sudah menang maka lihat kinerjanya.
Kalau bagus dan berhasil pasti bisa diajak menjadi calon Gubernur maupun langsung melangkah menjadi calon Presiden.
Belum saatnya Gibran maju pemilu 2024 padahal kinerjanya belum teruji. Jadi, diuji dulu baru bisa melangkah.
Begitu juga dengan AHY yang digadang-gadang akan ikut pemilu 2024. Kalau bagi penulis, AHY belum teruji kinerjanya sebagai kepala daerah maupun pejabat di pemerintahan. Masyarakat belum tahu bagaimana sepak terjangnya memimpin rakyat.
Karena itu, uji coba dulu memimpin daerah, setelah itu akan terlihat kinerjanya dan bisa dijadikan calon pemimpin Indonesia kedepan.
Sebab itu, langkah Gibran sangat benar dimulai dari bawah dulu baru naik keatas, bukan dari atas baru turun kebawah.
Ibarat kita naik tangga harus melalui satu persatu anak tangga dulu hingga sampai tangga yang paling atas atau terakhir.Â
Tak cukup juga seorang Gibran misalnya hanya menginjakkan kaki perlahan di anak tangga. Â Itu tidaklah cukup. Harus dilihat kinerjanya apakah bagus seperti ayahandanya Presiden Jokowi terdahulu.
Tidak boleh juga sembarangan memilih seseorang jadi pemimpin tertinggi di Republik ini. Harus ada pertimbangan matang juga agar masyarakat tidak menjadi korban pemimpinnya yang tidak bekerja atau tidak mampu bekerja.
Sebab itu, Gibran belum dipersiapkan di pemilu 2024 ini, tapi pemilu selanjutnya dan selanjutnya itu sangat mungkin. Kita tinggal tunggu saja sepak terjang Gibran dulu di Solo.
Jika nanti kita sudah puas melihat dan merasakan kinerjanya, maka tak salah bila kita ajak dia menaiki tangga selanjutnya. Itulah yang benar.
Penulis juga melihat seorang Presiden Jokowi sudah menakar dan mempersiapkan Gibran sebagai "kloningan" dirinya untuk Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H