Sepertinya seorang Gibran Rakabuming dan Teguh Prakosa akan menjadi calon tunggal dalam pilwalkot Solo disebabkan tidak ada lawan politik mereka di Solo.
Pada waktu yang lalu santer diberitakan bahwa PKS siap mengusung kader mereka sendiri untuk melawan seorang Gibran bersama dengan partai Demokrat. Namun sayangnya, Demokrat tidak memiliki satu kursi pun di DPRD Solo sehingga PKS tidak bisa mengusung sendiri calon lawan Gibran di pilwalkot Solo.
Kata Sohibul Iman sebagai Presiden PKS saat menerima kunjungan Ketua umum partai Demokrat AHY, dilansir dari CNN Indonesia.com, 24/7/2020," Tapi perlu diketahui, saya juga baru tahu tadi ternyata Demokrat tidak ada kursi di Solo. Jadi, ya, Demokrat tidak bisa bicara masalah mengusung atau tidak karena enggak ada kursinya".
Dikabarkan pula bahwa PDIP memiliki 30 kursi di DPRD Solo dari 45 kursi dan selebihnya milik PKS, Gerindra, PAN, PSI dan Golkar.
Dengan kabar itu, sudah sangat kuat bahwa Gibran akan menjadi calon tunggal di pilwalkot Solo nantinya. Kemarin, penulis menduga bahwa PKS akan berkoalisi dengan Demokrat dapat mengusung satu calon melawan Gibran dan Teguh Prakosa.
Akan tetapi, hal tersebut tidak terjadi sebab Demokrat tidak memiliki satu kursi pun di DPRD Solo.
Jika demikian, langkah Gibran sebenarnya sangatlah mudah. Melawan kotak kosong kalau kita cermati sesuatu yang mudah bila Solo adalah "kandang" atau basis kader dari PDIP.
Belum lagi rakyat Solo yang pasti sudah mengenal baik Gibran disebabkan asli orang Solo, punya usaha juga di Solo, anak Presiden dan juga diketahui gampang berbaur dengan rakyat.
Hal yang sangat memungkinkan dimainkan agar kotak kosong menang melawan Gibran adalah isu-isu dinasti politik. Sangat mungkin bila ada oknum-oknum yang diduga memainkan isu itu bisa mengubah perspektif publik buruk kepada Gibran.
Itulah sebabnya mengapa Gibran kemarin menduga tahu siapa yang memainkan isu dinasti politik tersebut.
Isu itu dimainkan pasti untuk menggoyang kedudukan Gibran bertarung di pilwalkot Solo. Andai rakyat Solo percaya bahwa dinasti politik itu buruk dengan beragam hal yang dimainkan oknum tersebut, maka suara yang diberikan rakyat kepada Gibran dapat menurun.
Atau, bisa jadi memainkan politik identitas yang biasanya digunakan oleh oknum tertentu untuk menjatuhkan lawannya. Atau melemparkan isu-isu buruk kepada Gibran.
Hal itu sangat memungkinkan dimainkan agar langkah Gibran terhenti di pilwalkot Solo. Itu harus diwaspadai, karena politik itu juga kejam. Politik itu tidak mengenal kata lawan dan kawan. Jadi, siapa saja yang berkepentingan akan siap untuk diserang dan dihambat jalannya.
Bagi penulis, hal itulah yang bisa mengalahkan seorang Gibran. Selain itu, penulis belum menemukan isu lain yang bisa dimainkan. Apalagi kalau Gibran dan Teguh Prakosa punya visi misi yang baik, maka rakyat akan semakin kepincut atau tersentuh hati memilih Gibran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H