Putra Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming yang beberapa hari lalu diusung menjadi calon walikota Solo di pilwalkot Solo tahun 2020 ini diperkirakan akan melawan kotak kosong.
Sampai saat ini belum ditemukan siapa yang akan diusung partai politik lain untuk melawan Gibran di Pilwalkot Solo.
Sudah banyak juga partai politik besar yang menyatakan dukungan kepada Gibran sehingga makin sulit mencari lawannya.
Dengan demikian, ada pernyataan menarik dari pengamat politik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, M Yulianto yang mengatakan,
"Parpol di Solo bernyali kecil untuk mengusung calon lain sebagai lawan tanding Gibran dalam kontestasi pilkada, akibatnya Gibran melenggang bebas menjadi calon tunggal dan berpeluang besar melawan kotak kosong," tegas M Yulianto dilansir dari beritasatu.com, 21/7/2020.
Dengan pernyataan itu, kalau melihat realitas sekarang dimana belum ada pertanda calon lawan Gibran di pilwalkot Solo mempertegas bahwasannya Gibran sangat mungkin melawan kotak kosong.
Kalau dibiarkan memang timbul pemikiran parpol lain "bernyali kecil" atau "ciut nyali" melawan Gibran. Di satu sisi, Gibran juga lebih enak dan lancar melenggang masuk menjadi walikota Solo walaupun melawan kotak kosong.
Tetap, melawan kotak kosong juga perlu kerja keras karena rakyatlah yang memilih. Akan tetapi, pesta demokrasi akan tidak semarak khusus di Solo karena Gibran hanya melawan sebuah kotak kosong.
Andai Partai Keadilan Sejahtera atau PKS mengusung kader mereka, tentu akan lebih baik dan semarak. Sampai sekarang PKS belum memberikan sinyal mau dukung Gibran atau ada calon lain. Sebab itu, saran saja agar PKS mengusung kader yang akan melawan Gibran.
Masalah menang atau kalah, itu masalah lain. Setiap kompetisi pasti ada menang dan kalah. Yang penting berjuang dulu dan bekerja dulu melawan calon yang dikatakan kuat. Ketika kita mampu melawan maka disitu akan ada kepuasan tersendiri yang begitu menggembirakan.
Partai politik lain yang belum menyatakan dukungannya sebaiknya membuat kubu lain untuk melawan seorang Gibran agar partai politik tidak dikatakan "bernyali kecil" atau "ciut nyali".
Partai politik, masyarakat dan kita pasti tidak mau dikatakan "ciut nyali" karena itu sindiran yang keras dan menjengkelkan. Sebab itu, sebelum berperang jangan menyerah dulu. Berjuang dulu, ketika perjuangan belum menghasilkan kebaikan, maka kita akan bisa berbenah jadi lebih baik.
Dinamika politik Indonesia ini harus kita jalani dengan adanya perlawanan sengit. Bagaikan Pilpres 2019 waktu lalu, dimana dua pasang bersaing sengit. Andai tidak ada presidential threshold pasti akan banyak yang akan mencalonkan diri jadi Presiden.
Begitulah pilwalkot Solo harus ada kawan Gibran. Kalau tidak ada juga, ya mau bilang gimana lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H