Tulisan ini untuk mengomentari tulisan dari Bapak Felix Tani (panggilan biasa adalah Amang artinya Bapak dalam bahasa Batak) yang judul tulisannya "Selamat Tinggal Kompasiana".
Saya mau menganggap serius tulisan itu bahwa Pak Felix Tani benar-benar ingin meninggalkan Kompasiana, tak tahu apakah sejenak maupun sampai kapanpun tak terlihat lagi di web Kompasiana tercinta ini.
Sedih memang ketika penulis-penulis yang sudah lama menghuni Kompasiana (senior) meninggalkan Kompasiana. Soalnya, di Kompasiana ini sangat erat persahabatan dan persaudaraan.
Ada web media online yang menyediakan ruang menulis tapi tidak seperti Kompasiana, dimana satu sama lain bisa saling memberi rate, komentar serius, candaan atau humor dan secara bergantian mengunjungi akun-akun Kompasianer.
Namun begitu, kenapa ya Pak Felix Tani mau meninggalkan Kompasiana?. Kalau dalam tulisannya dan jawabannya di kolom komentar kepada saya katanya beliau seperti kehilangan sahabat-sahabat lama.
Sahabatnya itu seperti mas Pebrianov, Jati Kumoro, Bambang Setyawan, S Aji dan lainnya. Namun demikian, apakah karena kesendirian itu harus meninggalkan Kompasiana?.
Apakah tak bisa disini saja sampai selamanya? Ibarat lagu God Bless yang dinyanyikan Ahmad Albar "Lebih baik disini rumah kita sendiri, segala nikmat dan anugerah yang Kuasa semuanya ada disini".
Kalau ada perasaan dan kegelisahan terhadap pengelola Kompasiana misalnya, sebaiknya diungkapkan saja secara gamblang. Sampaikan saja semoga nanti ada titik terang atau solusi yang diberikan.
Jangan biarkan para penulis muda yang masih baru menghuni Kompasiana sendirian berjalan. Setidaknya, harus ada senior-senior yang membimbing agar lebih baik.
Tak perlu minder untuk kompak maupun bersahabat dengan penulis muda yang ada di Kompasiana ini. Kami-kami ini asyik-asyik kok, baik-baik dan ramah-ramah.
Saya sendiri yang baru sekitar 1 ( satu) tahun dua bulan menulis di Kompasiana merasa enak-enak saja menulis disini meski ada juga kegelisahan-kegelisahan, tapi tak pernah berhenti untuk menulis.