Hasil survei yang dilakukan Center for Political Communication Studies (CPCS) menunjukkan Pandemi tidak hanya berdampak terhadap perekonomian, melainkan terjadi perubahan peta elektoral menuju pemilu 2024.
Prabowo, Ganjar dan Ridwan Kamil berada pada urutan teratas. Elektabilitas Prabowo mencapai 18,4 persen, Turun dari survei sebelumnya sebesar 22,7 persen. Sebaliknya Ganjar dan Kang Emil sama-sama mengalami kenaikan yang sangat signifikan.Â
Elektabilitas Ganjar naik dari 8,5 persen menjadi 13,5 persen, sedangkan Kang Emil naik dari 5,8 persen menjadi 11,3 persen atau hampir dua kali lipat dilansir dari antaranews.com, 12/7/2020.
Dengan hasil survei itu, kedudukan kuat untuk bertarung dalam pemilu 2024 adalah nama Prabowo, Ganjar dan Ridwan Kamil. Akan tetapi, apakah nama mereka saja?.Â
Anies dan Khofifah ke mana?
Kenapa yang paling kuat menuju pemilu 2024 hanya nama diatas, Anies dan Khofifah kemana? Kalau melihat grafik di atas jelas sekali Anies berada dalam posisi 4 besar dan Khofifah posisi 6.
Apakah dengan grafik itu mereka tidak layak atau kuat kedudukan menuju pemilu 2024? Namanya survei selalu berubah-rubah sebenarnya.
Setiap bulan pasti akan ada perubahan, tinggal kita tunggu survei selanjutnya. Lagipula, survei itu tidak harus jadi sebuah kebenaran karena pemilu juga masih lama.
Masih ada peluang untuk berbenah makin naik elektabilitas para pasangan calon kedepannya. Sangat mungkin kalau kinerja para calon itu makin baik dilihat rakyat, makin menonjol dan makin ada kemajuan, maka elektabilitas akan makin naik.
Akan tetapi, survei tersebut terlalu cepat untuk mengambil kesimpulan bahwa nama Prabowo, Anies dan Ridwan Kamil masih dalam urutan teratas dan paling kuat menuju pemilu 2024.
Apa mungkin Anies Baswedan dan Khofifah tidak akan ikut dalam kontestasi pemilu 2024? Atau partai politik tidak mau meminang mereka karena elektabilitas saja rendah? Itu jadi pertanyaan yang mau kita cari jawabannya. Dalam politik, siapa saja mungkin mencalonkan diri sesuai selera parpol untuk meminangnya.
Tidak maksimal bekerja
Kalau penulis pribadi berpandangan soal survei di atas yang tidak memasukkan nama Anies Baswedan dan Khofifah Indar Parawansa dalam daftar petarung kuat pemilu 2024 karena kinerja mereka selama Pandemi Covid-19 ini tidak maksimal.
Soalnya, kalau kita lihat dari kasus penyebaran Covid-19 di Jakarta dan Jawa Timur sangat meningkat. Ribuan orang positif Covid-19 setiap hari disumbangkan lebih banyak dari kedua provinsi tersebut.
Sangat memungkinkan dari kasus positif Covid-19 tersebut membuat elektabilitas Anies dan Khofifah menurun sesuai wawancara dari responden-responden survei itu.
Belum lagi, masalah alat tenaga medis seperti PCR terbatas ditambah banyak rumah sakit yang over karena banyaknya pasien di kedua provinsi itu membuat elektabilitas Anies dan Khofifah menurun.
Jikalau nanti mereka makin baik, tingkat penyebaran Covid-19 di daerahnya menurun akan kembali membuat tingkat elektabilitas mereka naik. Setelah Pandemi berakhir nanti, andai kinerja Anies dan Khofifah makin baik lagi maka makin meningkat berpuluh-puluh kali lipat elektabilitas mereka.
Hal itu harus jadi sorotan dan pandangan kedua kepala daerah tersebut. Kita tahu bahwa Anies Baswedan khususnya sangat santer dikait-kaitkan dengan calon Presiden 2024. Kalau Anies tidak berubah ke tahap kinerja lebih baik, bisa jadi kandas menjadi calon presiden 2024 karena tidak ada partai politik yang memberikan kendaraan politik buatnya untuk mencalonkan diri.
Karena itu, siapa saja kepala daerah maupun pejabat negara yang ingin atau sudah merencanakan ikut pemilu 2024 sebaiknya mempersiapkan diri, membenahi diri, meningkatkan kinerja yang baik agar dilirik parpol dan jadi calon presiden.