Mohon tunggu...
Juan Manullang
Juan Manullang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus FH Unika ST Thomas Sumut IG: Juandi1193 Youtube: Juandi Manullang

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Elite Politik Diminta Mencegah Provokasi Selama Pandemi Covid-19

7 Juli 2020   18:35 Diperbarui: 7 Juli 2020   18:33 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Media Indonesia/Bary Fathahilah

Selama masa Pandemi Covid-19 ini, banyak masyarakat yang menderita dan menjerit akibat Pandemi yang menyerang. Karena itu masyarakat berharap bantuan dari pemerintah dan elite politik kepada mereka.

Diminta juga agar tidak ada provokasi-provokasi yang semakin menyulitkan bangsa Indonesia dari elite-elite kita.

Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA Adrian Sopa meminta para elite politik untuk menghentikan tindakan atau perkataan provokasi selama Pandemi Corona.

Pasalnya, dari hasil survei pihaknya menyatakan 74,8 persen masyarakat mengaku mengalami kondisi keuangan yang buruk. Sebanyak 84,2 persen masyarakat mengaku khawatir tidak bisa memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari dan 15,1 persen tidak khawatir.

"Kondisi masyarakat seperti rumput kering, mudah terbakar dengan provokasi dari pernyataan elite. Sebaiknya para elite hati-hati, jangan dulu provokasi yang dapat membelah publik," kata Adrian dalam webinar Kecemasan Publik di Zona Merah, Jakarta dilansir dari mediaindonesia.com, (7/7/2020).

Atas hasil survei itu, sangat layak elite politik kita melihat secara luas dan mendalam bahwa penderitaan rakyat belum habis. Rakyat Indonesia masih membutuhkan bantuan dan semangat dari elite politik dan pemerintah.

Harapannya, segala kebijakan yang dikeluarkan dan program terkait penanganan Pandemi Covid-19 adalah sesuatu yang baik dan bisa dirasakan penuh oleh masyarakat.

Jangan sampai kebijakan itu hanya membuat emosi masyarakat memuncak. Masyarakat ikut terprovokasi akibat kebijakan yang tidak benar.

Salah satu contoh yang penulis lihat adalah saat pembicaraan mengenai RUU Haluan Ideologi Pancasila atau HIP yang ramai dibicarakan. 

Kita sudah melihat secara jelas bagaimana HIP membuat masyarakat kesal dan marah karena dinilai RUU itu akan mengubah Pancasila menjadi ekasila maupun trisila.

Kita tahu sudah nyaman dengan ideologi Pancasila yang sekarang. Maka jangan lagi diutak-atik atau ditambah-tambahi atau dikurangi makna dan nilai sila-sila yang ada dalam Pancasila tersebut.

Atas dasar pembicaraan mengenai RUU HIP itukah membuat masyarakat resah dan terprovokasi sehingga nekat untuk turun kelapangan mengeluarkan aspirasi badan pendapat melawan rencana RUU HIP itu.

Belum lagi, masalah tagihan listrik yang baik beberapa waktu lalu pun membuat rakyat gelisah. Di tengah Pandemi yang mengguncang dunia malah tagihan listrik naik. Bagaimana rakyat mampu membayarnya kalau begitu.

Didalam hal itulah diminta kepekaan dari elite politik agar bisa mendinginkan suasana hari yang gelisah akibat Pandemi. Jangan membuat pernyataan, kebijakan dan program yang tidak masuk akal.

Banyak sekarang perbincangan di ruang publik yang harusnya diselesaikan masalah Pandemi Covid-19 tapi malah muncul masalah baru yang buat kepala pusing dan emosi meningkat.

Penulis sepakat dengan hasil survei itu agar elite politik bisa menjaga perasaan rakyat, mengerti penderitaan rakyat dan tidak mengeluarkan suatu kebijakan dan program yang lari dari seharusnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun