Bila kita lihat lagi bahwasanya RUU HIP ditunda sementara pembahasan dan ada juga rencana akan dibatalkan. Begitu juga program asimilasi narapidana waktu lalu pun punya landasan hukum yang jelas meski banyak mengecewakan banyak pihak.
Karena itu, survei juga harus punya alasan yang dapat dimengerti dari para responden agar bisa dijadikan masukan dalam proses reshuffle andai dilakukan.
Selanjutnya, Menteri Kesehatan Terawan juga di posisi paling atas untuk direshuffle. Apa alasan memilih Terawan direshuffle juga harus jelas.
Pandemi Covid-19 yang kita hadapi ini sebenarnya masalah bersama bukan masalah Pak Terawan sendiri. Jadi, penulis melihat Terawan bekerja untuk menghentikan penyebaran virus Corona, dengan membentuk Gugus Tugas Penanganan Covid-19, penyediaan alat kesehatan dan ruangan rumah sakit yang layak merawat pasien Covid-19.
Dari apa yang dilakukan itu sebenarnya cukup bagus. Cuma masyarakat sebagian melihat sampai sekarang Pandemi tak juga berakhir. Apa itu salah Pak Terawan?. Tentu tidak.
Kita baiknya introspeksi diri dulu, melihat situasi saat ini dimana banyak masyarakat ngeyel dan susah dibilangin menerapkan protokol kesehatan.
Kita semua sebenarnya kebingungan bagaimana melawan Pandemi ini. Setiap hari ada peningkatan kasus positif Covid-19. Apalagi langkah yang akan kita ambil?. Dalam hal ini, kita sangat bingung dan sulit berbuat atau mengambil tindakan. Berbagai cara sudah dilakukan, tapi masih banyak kasus.
Karena itu, tidak gampang sebenarnya me-reshuffle seorang menteri, apalagi berdasarkan survei tersebut. Harus dilihat juga gagasan apa yang sudah disampaikan dan kinerjanya baik atau tidak.
Yasonna dan Terawan bagi penulis cukup baik tapi belum bisa ditentukan benarkah akan direshuffle.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H