Dan lagipula, pasti masih banyak saingan Mumtaz dari partai koalisi yang bisa memungkinkan jadi menteri hasil reshuffle.
Lihatlah, banyak partai besar yang mumpuni dimana kader-kadernya sangat banyak yang mumpuni. Dari calon menteri luar partai atau profesional juga banyak menanti bila dipilih menjadi menteri.
Dengan begitu, saingan Mumtaz akan semakin banyak sehingga sulit menerobos masuk dalam jajaran pembantu Presiden dalam proses mengembangkan dan mensejahterakan rakyat.
Meski begitu, kalau bicara mungkin, tentu siapa saja mungkin jadi menteri, tetapi Presiden akan selektif melihatnya dan tidak salah pilih karena akan membahayakan politik pemerintah.
Sebagai calon menteri harus punya sepak terjang baik, berintegritas dan bisa mengeksekusi hasil gagasan menjadi realita yang bermanfaat bagi rakyat.
Apakah Mumtaz mempunyai kriteria tersebut? Itulah yang perlu diselidiki sebelum memilih seorang menteri. Tidak boleh asal-asalan untuk memutuskan pilihan. Hanya kesiapan dan keterpanggilan saja sehingga mau jadi menteri saja. Itu tidak boleh.
Harus ada sepak terjang yang dilakukan selama di birokrasi maupun di pemerintahan dan di setiap pekerjaan yang dijalani.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H