Zaman sekarang dimana teknologi canggih melahirkan berbagai platform seperti Facebook, Instagram, Twitter dan lainnya mengajak kita untuk cerdas dalam bermedia sosial.
Terutama menjadi warganet atau netizen yang baik. Apalagi bagi anak-anak sangat penting pengenalan platform-platform tersebut agar anak bisa mengendalikan diri menggunakan media sosial dalam berinteraksi badan bersosialisasi. Dalam hal ini ditekankan agar anak menjadi warganet atau netizen yang baik.Â
Kata Asisten Deputi Perlindungan Anak dalam Situasi Darurat dan Pornografi Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA) Ciput Eka Purwianti dalam rangka seminar daring yang diadakan dalam rangka Hari Anak Nasional 2020 yang diikuti dari akun YouTube Kementerian PPPA di Jakarta.
"Anak-anak harus memiliki karakter warganet unggul yang memiliki empati agar bisa menyintas sampai ke tahapan kehidupan berikutnya, seperti kuliah, bekerja, menjadi bagian dari masyarakat, bahkan menjadi orangtua,".
Dari pernyataan itu dimaksudkan agar anak-anak kita bisa dikendalikan dalam menggunakan gawai sehari-hari. Orangtua masa kini sudah kita ketahui sering memberikan kebebasan buat anak main gawai. Anak nangis dan ngambek, langsung diberikan gawai. Itu cara simpelnya.
Di dalam media sosial kalau kita sering perhatikan kata-kata buruk, kebencian, hoaks dan banyak lagi beredar di kolom komentar media sosial.Â
Selain itu, banyak foto-foto yang mengandung unsur pornografi juga yang sangat berdampak buruk buat anak jika dikonsumsi olehnya.
Karena itulah orangtua tetap memperhatikan waktu dan penggunaan gawai oleh anak. Bisa jadi karena tidak ada batasan, anak mengetahui kata-kata kotor dari media sosial.
Anak juga terpapar virus pornografi yang bisa merusak otak dan masa depannya. Paling penting lagi, bisa jadi anak menjadi netizen atau warganet yang suka mengirim pesan, komentar dan foto-foto yang tidak baik ke orang lain di akun media sosialnya kelak.
Penggunaan media sosial sekarang sudah kita tahu banyak dihuni akun-akun anonim, buzzer-buzzer yang tidak bertanggungjawab. Kalau itu dilihat anak, maka dia akan menjadi bibit-bibit muda akun-akun anonim yang menyebar keburukan.
Maka dari itu, menjadikan anak sebagai warganet unggul itu sangat penting. Mulai dari sekarang, anak harus tahu apa itu kebaikan, apa itu warganet dan bagaimana menjadi warganet yang baik dan unggul.
Orangtualah sangat berperan menuju kesana. Kalau bukan orangtua siapa lagi? Maka, menjadikan anak sebagai generasi, warganet atau netizen unggul harus mulai dari sekarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H