Pada masa Pandemi Covid-19 ini hangat perbincangan mengenai naiknya tagihan listrik. Beragam tulisan di Kompasiana pun banyak mengulas tentang itu.
Banyak kemungkinan yang terjadi ketika tagihan listrik naik karena masyarakat selama di rumah saja bisa jadi boros listrik, karena aktif menggunakan alat elektronik seperti menonton televisi, menggunakan laptop selama Work From Home atau WFH dan kegiatan lainnya.
Bahkan yang sangat menarik untuk diulas saat tagihan listrik naik dikatakan karena menonton Drakor.
Anggota DPR RI dari Daerah Pemilihan (Dapil) IX Jawa Tengah Paramitha Widya Kusuma alasan PLN tidak masuk akal dan dibuat-buat.
Dilansir dari mediaindonesia.com, 19/6/2020, "PLN beralasan kalau tagihan tersebut merupakan akumulasi dari tagihan sebelumnya yang tidak tercatat. Namun alasan berubah karena rekening melonjak akibat WFH, terus alasan lain katanya mereka pada nonton drama Korea (Drakor). Ini alasan yang tidak masuk akal, ujar Mitha.
Tak dapat masuk logika memang. Masa sih karena menonton drama Korea meningkatkan tagihan listrik. Apakah pagi, siang dan malam hanya nonton drama Korea?.
Penulis pribadi tidak tahu secara jelas apakah drama Korea itu tayang sampai ribuan episode dan tayang dari pagi sampai malam. Hal itu karena memang penulis tidak terlalu suka dengan drama Korea.
Biasanya kalau sinetron itu tayang sekitar kurang lebih dua jam dan esok hari tayang lagi sampai habis episode. Pertanyaannya, apakah dua jam itu membuat tagihan membengkak?. Sulit sebenarnya dipikir akal.
Tapi kalau lampu rumah semua hidup dari pagi sampai malam, AC juga dipakai, lemari es atau kulkas, kipas angin dan alat elektronik lainnya juga hidup maka masuk akal tagihan listrik naik.
Namun, kalau pelanggan beranggapan hanya televisi saja hidup sekitar 4 jam saja dan tidak ada alat elektronik lain hidup misal di pagi hari, masa sih tagihan naik?.
Apa yang diungkapkan anggota DPR tersebut memang masuk akal. Kalau perlu pemerintah pusat melakukan penyelidikan terhadap alasan menonton drama Korea membuat tagihan membengkak.
Dan, alasan pihak PLN mengenai akumulasi tagihan sebelumnya tidak tercatat patut diselidiki. Bukankah, tiap bulan pelanggan bayar listrik?. Kenapa harus ada pencatatan sebelumnya?. Itu kan sudah dibayar tiap bulan atau beli pakai token listrik.Â
Sangat membingungkan memang. Maka dari itu perlu lebih lanjut diselidiki apakah ada masalah mesin penghitung tagihan listrik. Atau ada "permainan" disana.
Semua itu ada gunanya agar kepercayaan pelanggan tetap terjaga terhadap PLN sebagai bagian dari pemerintah.
Pelanggan pun harus bisa menghitung apa-apa saja yang mereka pergunakan selama di rumah aja. Jangan katanya tagihan listrik naik padahal memang selama di rumah aja hidup semua alat elektronik atau boros penggunaan listrik.
Harapan kita agar masalah tagihan listrik ini bisa diselesaikan secara terbuka dan seluruh masyarakat mampu menyadarinya ketika ada alasan dari pihak PLN yang dinilai baik dan masuk akal.
Kiranya ada keterbukaan terkait tagihan listrik tersebut sehingga hal rakyat mendapat listrik tetap terjaga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H