Kita sudah tahu bansos DKI tidak tepat sasaran dan hangat sekali diperbincangkan dalam berita media online dan komentar publik.
Bukan itu saja, bagaimana juga waktu lalu Anies Baswedan mengemukakan kepada media asing perbedaan data pusat dan daerah mengenai kasus terinfeksi virus Corona.
Dan, baru-baru ini, kemungkinan besar masalah PSBB yang kurang efektif dan efisien karena masih banyak juga masyarakat yang ngeyel, sehingga penurunan terinfeksi virus Corona bukan menurun drastis tapi masih saja kasus terjadi.
Serta, masalah penggunaan kata PSBB Transisi dan new normal yang sebenarnya maksud dan tujuannya sama saja dengan new normal, tetapi mengapa harus menggunakan kata PSBB transisi.
Bagi penulis, bisa jadi perbedaan kata yang dipakai berpengaruh dengan tingkat elektabilitas ini.
Berbeda dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah dimana keduanya tidak terlalu disorot atas kekurangan dan kelebihannya.
Akan tetapi, kita melihat dua daerah tersebut Jawa Barat dan Jawa Tengah tidak diberitakan mengalami kenaikan terinfeksi virus Corona.
Jawa Timur saja yang mengalami kenaikan terinfeksi virus Corona baru-baru ini kita saksikan.
Sebab itu, sangat memungkinkan Ganjar dan Ridwan Kamil dinilai berhasil dalam kebijakan selama Pandemi sedangkan Anies Baswedan selalu dalam sorotan media.
Akan tetapi, namanya elektabilitas bisa naik dan turun sesuai dengan kinerja dan kepercayaan publik itu melihat kebijakan dan program serta terobosan yang bagus dari kepala daerah itu.
Anies harus cari cara jitu, terobosan jitu agar elektabilitasnya bisa naik dan kepercayaan publik tinggi terhadapnya. Itu akan sangat bermanfaat buat Pak Anies menuju ke tahapan politik yang lebih tinggi.