Beberapa hari lalu ramai perbincangan mengenai pemindahan mobil Polymerase Chain Reaktion (PCR) bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kepada pemerintah kota Surabaya dalam hal ini Tri Rismaharini.
Namun, mobil PCR tersebut dialihkan ke Lamongan dan Tulungagung. Padahal, Bu Risma sudah meminta terlebih dahulu ke Ketua BNPB Doni Monardo agar alat-alat fast lab dikirim ke Surabaya melalui pesan WhatsApp.
Pada Kamis, 28 Mei 2020, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyatakan bahwa pemerintah provinsi telah mendapatkan bantuan dua mobil PCR dari BNPB.Â
Satu mobil PCR bernomor polisi B-7190-TDB diserahterimakan kepada Gugus Kuratif Covid-19 Pemprov Jatim di halaman Rumah Sakit Lapangan Jalan Indrapura, Surabaya pada Rabu siang 27 Mei.
Karena itu, Bu Risma berbicara dengan nada tinggi melalui telepon kepada seorang pejabat di Balai Kota Surabaya.
Atas kejadian itu pula, Sekretaris Jenderal PDI-P Hasto Kristiyanto berharap Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan Gugus Tugas Covid-19 Jawa Timur mampu melihat skala prioritas atas setiap kebijakannya. Ia menyebut tidak perlu ada rivalitas politik yang tidak perlu dan mementingkan kepentingan rakyat," tuturnya dilansir dari Tempo.co, 30/5/2020.
Antara rivalitas politik dan kepentingan umum
Dalam hal ini, sangat memungkinkan antara Bu Risma dan Khofifah memiliki rivalitas politik. Apalagi keduanya adalah srikandi Indonesia yang dikenal baik dan populer di masyarakat.
Apalagi Bu Risma sebagai walikota Surabaya memiliki track record baik. Sebelumnya, Bu Risma berhasil menutup gang Dolly yang merupakan kawasan prostitusi di Surabaya.
Tidak hanya itu Bu Risma pun berhasil meraih tujuh kali Piala Adipura berturut-turut sejak tahun 2011 sampai 2017 dalam kategori kota metropolitan.
Piala Adipura diberikan untuk kota-kota di Indonesia yang berhasil menjaga kebersihan dan pengelolaan lingkungan perkotaan.