Selama ini di kolam renang saja, antara laki-laki dan wanita sering bersama berenang tapi tidak ada yang berkomentar mereka hamil karena berenang bersama.
Kehamilan bagi wanita terjadi oleh karena adanya hubungan intim atau seksual antar sesama jenis. Selain itu, masyarakat tidak tahu dan percaya mengenai berenang bersama dapat menyebabkan kehamilan.
Itu adalah pernyataan sangat kontroversial dari seorang pejabat publik yang mengurusi perlindungan anak.
Kedepannya, pejabat publik seperti kepala daerah, DPR, Menteri, Kepala instansi maupun lembaga pemerintah bahkan Presiden sekalipun jangan pernah memberikan pernyataan yang kontroversial. Itu akan mengundang celotehan dan komentar publik yang kasar, sehingga kita gaduh.
Harusnya berikan pemahaman dan pengetahuan ilmiah dan bisa dipertanggungjawabkan sehingga masyarakat teredukasi. Dari tidak tahu menjadi tahu. Berikan informasi terpercaya dan akurat karena itu yang membuat wawasan luas bagi masyarakat. Bukan dengan berkata yang tidak-tidak.
Dilansir dari Kompas, 28/4/2020, Menurut Guru Besar Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya, Jakarta yang juga pengamat perlindungan anak, Prof Irwanto, pemberhentian tidak hormat Sitti dari anggota KPAI menjadi pelajaran penting bagi pejabat publik. Tanpa langkah tegas dalam bentuk pemberhentian, para pejabat tidak akan belajar, bahkan menganggap biasa-biasa saja ketika mengeluarkan pernyataan bermasalah ke publik. Padahal, sebagai pejabat publik, seseorang mesti memberikan pernyataan berbasis data yang dapat dipertanggungjawabkan.
Itulah sebabnya, pejabat publik harus jadi panutan atau tauladan bagi masyarakat. Mereka adalah cerminan tokoh bangsa yang bisa dijadikan bahan acuan dan pedoman dalam bersikap dan bertindak.
Jangan pernah melupakan apa yang menjadi tanggung jawab pejabat publik. Apa yang menjadi tugas pejabat publik. Pejabat publiklah yang disorot oleh masyarakat saat ini. Ketika ada kontroversi kata maupun tindakan.
Maka itu akan jadi konsumsi publik, sehingga dapat merusak pikiran jika hal itu tidak sesuai fakta dan data serta dapat menciptakan kerusakan moral jika itu ajakan-ajakan negatif dan merugikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H