Mohon tunggu...
Juan Manullang
Juan Manullang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus FH Unika ST Thomas Sumut IG: Juandi1193 Youtube: Juandi Manullang

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Memprihatinkan, Lima Anggota Keluarga Tertular Oleh Ayah, Protokol Kesehatan Diabaikan?

27 April 2020   00:26 Diperbarui: 27 April 2020   00:47 561
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandemi Covid-19 yang saat ini menjadi musuh kita masih saja merajai di negara tercinta ini. Beragam cara kita lakukan agar tidak semakin banyak korbannya. Dimulai dari pembatasan sosial, pakai masker, cuci tangan sampai saat ini berbagai daerah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB.

Namun, masih saja ada yang terinfeksi virus Corona tersebut. Masih ada masyarakat yang kurang informasi atau bisa jadi tidak mau tahu dengan protokol kesehatan yang disampaikan oleh pemerintah melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19.

Hingga akhirnya, sampai satu bulan lebih ini kita masih belum bisa terbebas dari penyakit  Covid-19 atau Corona.

Terbaru, dilansir dari Kompas.id, 26/4/2020 seorang bapak yang sehari-hari bekerja sebagai sopir menularkan virus Corona kepada lima anggota keluarganya. Mereka adalah warga kecamatan Secang, Kabupaten Magelang  yang kini dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Muntilan.

Menurut Nanda Cahyadi Pribadi sebagai Juru Bicara Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Magelang, riwayat perjalanan dan kontak menyebabkan kepala keluarga ini tertular Covid-19. "Kontaknya tidak jelas". Diketahui bapak ini sering melakukan perjalanan ke luar kota", ujarnya.

Ingat protokol kesehatan

Kejadian itu tentu sangat merugikan pihak keluarga karena hanya setitik rusak susu sebelanga seperti kata peribahasa. Maksudnya, si bapak menularkan kelima anggota keluarganya.

Bisa jadi, si bapak dan keluarga tidak menerapkan protokol kesehatan. Ketika si bapak pulang dari pekerjaan harusnya mandi terlebih dahulu, pakaian semuanya direndam pakai sabun atau deterjen dan tangan dicuci sampai bersih pakai sabun.

Keluarga pun harusnya bisa mengingatkan untuk sepulang kerja langsung mandi agar lebih steril. Tidak menyentuh anak, istri maupun memegang barang-barang yang lain.

Selanjutnya, lakukan social distancing waktu bekerja sebagai sopir, pakai masker, cuci tangan pakai sabun atau hand sanitizer. Dalam hal itulah yang harus bisa dipatuhi oleh setiap orang.

Atau jangan-jangan tidak mendapatkan edukasi maupun informasi seputar protokol kesehatan itu?.  Ini menjadi masalah tentunya. Dan, bisa jadi selama ini, banyak masyarakat yang seperti si bapak tadi. Tidak menerapkan social distancing, cuci tangan pakai sabun, memakai masker dan lainnya sehingga keluarga yang menjadi korban.

Kalau seperti ini, maka masih butuh lagi sosialisasi di masyarakat dan langkah tegas agar paham dan patuh terhadap himbauan Pemerintah. Itu semua akan menyelamatkan anak, istri, cucu dan seluruh anggota keluarga.

Cegah mudik

Dari kejadian bapak tadi, sangat layak menjadi edukasi agar masyarakat tidak ngeyel mau mudik. Cobalah bayangkan, andai mudik tidak dilarang ataupun masyarakat masih tetap ngeyel mau mudik, betapa berbahayanya masyarakat lainnya akan terpapar virus Corona tersebut.

Hanya karena satu orang mau mudik, keluarga di kampung dan sekitarnya terinfeksi virus Corona itu. Yang rugi siapa?. Yang rugi adalah kita dan seluruh bangsa dan negara. 

Kita tidak bisa menang dari Pandemi ini. Karena ego masing-masing membuat semua anggota keluarga terinfeksi serta kita mengalami semakin terpuruknya perekonomian karena pemerintah pun harus rajin maupun sigap memberi bahan pangan bagi masyarakat.

Apa yang dialami keluarga tadi adalah pelajaran berharga. Karena satu orang, maka yang kena adalah banyak orang. Apakah kita mau seperti itu?. Apakah mereka yang ngeyel mau mudik tidak sayang keluarga?.

Belajarlah dari masalah-masalah yang ada agar kesadaran itu tumbuh dan tumbuh rasa takut untuk menulari orang lain, sehingga tidak ada lagi yang ngeyel mudik dan ngeyel tidak menerapkan protokol kesehatan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun