Mohon tunggu...
Juan Manullang
Juan Manullang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus FH Unika ST Thomas Sumut IG: Juandi1193 Youtube: Juandi Manullang

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Setelah Belva, Andi Taufan Pun Mundur, Pak Jokowi Salah Pilih?

24 April 2020   14:51 Diperbarui: 24 April 2020   15:03 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Setelah Belva Devara mundur dari Stafsus Presiden Jokowi, kini sosok Andi Taufan Garuda Putra pun memutuskan mundur dari Stafsus Presiden Jokowi.

Dilansir dari CNN Indonesia.com, 24/4/2020, berdasarkan surat dari staf Taufan bernama Derira Harahap, surat pengunduran diri itu telah dikirim ke Jokowi pada 17 April 2020 dan telah disetujui.

Alasan pengunduran dirinya adalah semata-mata dilandasi keinginan untuk mengabdi secara penuh kepada pemberdayaan ekonomi masyarakat usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Tentu ini sangat mengejutkan, dalam satu bulan Stafsus milenial Jokowi harus mundur.  Tentu pekerjaan yang sudah diberikan Pak Jokowi selama ini akan terkendala dan tidak terurus sampai pemilihan Stafsus baru.

Tekanan publik

Saya mencermati, pengunduran diri Stafsus milenial Jokowi serta merta karena adanya tekanan publik yang begitu deras. Bayangkan saja, sosok Andi Taufan sangat dikritik habis-habisan, malah disuruh mundur.

Para kompasianer lainnya termasuk saya mengulas tentang tindakan Andi Taufan yang salah mengirim surat kepada para Camat di seluruh Indonesia agar mendukung relawan PT Amartha Mikro Fintek (Amartha) dalam penanggulangan Covid-19. Bukan itu saja, surat itupun berkop Sekretariat Kabinet.

Tapi, saya pribadi menuliskan agar memaafkan Andi Taufan dan memberikannya satu kesempatan lagi sebelum dipecat maupun mundur dari jabatannya. Akan tetapi, mau dikata apa, tekanan publik yang begitu deras dan kuat serta mendesaknya mundur bahkan bisa dikenai pasal tindak pidana korupsi, menjadi hal lain membuat Andi Taufan mundur. Begitulah saya mencermati dan melihat situasi ini.

Memang, tak bisa kita pungkiri bahwa tekanan publik begitu dahsyat. Serangan melalui media sosial, komentar di berbagai media online saya rasa sangat menyakitkan.

Ingatkah kita, bahwa Pak Yasonna Laoly pun sudah merasakan kejamnya komentar warganet di media sosial. Beliau berkata bahwa komentar terhadapnya tidak mencerminkan adab ketimuran.

Sebab itulah, saya beranggapan ada faktor tekanan publik yang membuat Andi Taufan mundur. Selain dari keinginan dirinya untuk lebih berbuat banyak kepada masyarakat terutama UMKM.

Salahkah Pak Jokowi?

Terkait pemilihan Stafsus milenial, dimana Belva dan Andi Taufan yang akhirnya memutuskan mundur dari jabatannya baru beberapa bulan saja, apakah salah memilih Pak Jokowi?.

Mungkin ini menjadi pertanyaan kita. Pasalnya, sewaktu dipilih Stafsus milenial, ada juga anggapan bahwa mereka masih belum layak karena masih butuh bimbingan lagi, kurang berpengalaman dalam bidang eksekutif atau jabatan kenegaraan karena masih sebagai generasi milenial.

Tapi, dari sisi kecerdasan dan prestasi akademis, para Stafsus milenial itu sudah sangat mumpuni sekali. Bisa membentuk perusahaan sendiri di masa muda dan mereka banyak juga tamatan dari luar negeri dan universitas ternama di dalam negeri.

Saya pribadi cuma mau memberikan tanggapan bahwa Pak Jokowi tidak salah memilih para Stafsus milenial itu, cuma kurang ditempah lagi, apa-apa saja kewenangan mereka sebagai Stafsus. Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.

Butuh bimbingan dari senior pejabat negara bagaimana untuk bekerja sebagai pejabat negara. Jangan melakukan konflik kepentingan, karena tugas Stafsus adalah untuk melayani dan berbagi kepada rakyat dalam meningkatkan kesejahteraan dan kebaikan hidup mereka.

Untuk ke depannya, kalau Pak Jokowi memilih kembali Stafsus milenial, alangkah baiknya diberi masukan, arahan dan bimbingan agar tidak terjadi hal serupa yang membuat publik marah bahkan sampai mengkritik tajam sekali. Akhirnya harus memutuskan untuk mundur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun