Natal yang hari ini kita rayakan umat Kristiani memiliki arti yang mendalam. Karena memiliki arti itulah, maka nilai-nilai Natal dapat diterapkan dalam kehidupan.
Natal bukan hanya sekedar pernak pernik, pergi ke gereja dan bersukacita bersama keluarga, tetapi Natal harus dipikirkan bahwa Yesus hadir dalam pikiran kita.
Pantas kita merenungkan kata-kata seorang mistikus besar yang bernama Meister Eckhart yang menuliskan tentang Natal:
"Pada pesta Natal kita merayakan kelahiran kekal, dimana Allah Bapa yang kekal dan akan senantiasa kekal, lahir di dalam waktu dan dalam sifat-sifat manusiawi. Santo Agustinus mengatakan bahwa kelahiran tersebut terus menerus terjadi. Kita selayaknya bertanya pada diri kita masing-masing: jika kelahiran itu tidak terjadi di dalam diri saya, apa gunanya kelahiran Tuhan tersebut? Yang paling penting adalah kelahiran Tuhan harus terjadi dalam diri saya".
Apa arti kehadiran Tuhan?
Memperkuat pernyataan diatas, bahwa kelahiran Tuhan terjadi dalam diri saya ketika saya pribadi mencintai sesama yang berbeda agama, suku, ras dan antargolongan.
Mereka yang berbeda itu tidak pernah terganggu oleh saya dan saya juga tidak pernah terganggu oleh mereka. Disitu ada semangat keberagaman yang kita jaga sebagai bukti lahirnya Yesus sebagai pembawa damai sukacita bagi manusia.
Selanjutnya, saya juga menolak paham-paham radikalisme yang coba merasuki pikiran dan tidak pernah ikut didalamnya. Begitu juga ujaran kebencian dan hoaks pun haruslah berani kita tolak dan tidak ikut-ikutan mengenai itu agar negara kita ini tetap damai dan penuh sukacita.
Keempat hal itu yakni intoleransi, paham radikalisme, ujaran kebencian maupun hoaks yang menjadi tantangan hidup kita saat ini.
Kasus-kasus itulah yang saat ini merasuki kehidupan kita. Caranya mencegahnya adalah berani menolak dan menyingkirkan hal tersebut di dalam diri kita. Jangan mau terpengaruh dan terperosok di dalamnya.
Yakinkan bahwa Yesus telah lahir dalam kehidupan, hati dan pikiran kita, maka semuanya akan tertolak dan kita tidak terhasut ke dalamnya.
Demikianlah bagi saya makna dari pernyataan mistikus Meister Eckhart tersebut. Begitulah makna hari kelahiran Yesus atau Natal pada tahun ini yang kita rasakan bersama sukacitanya.
Sebagai masyarakat yang majemuk, kita harus bisa saling merasakan keinginan dan kepercayaan orang lain. Kita tidak perlu terusik oleh hadirnya agama lain, tetapi kita anggap itu sebagai bentuk pemberian Allah yang sempurna.
Begitu juga ujaran kebencian, hoaks dan masuknya paham Radikalisme berani kita singkirkan dengan memainkan akal dan menerapkan ajaran agama bahwa hal itu sangat buruk bagi kehidupan.
Apapun yang dilakukan seseorang karena tindakannya dan sikapnya, tak perlu kita membencinya, mengucapkan kata kotor, alangkah baiknya menegur dan mengingatkan.
Sama juga dengan aksi terorisme karena masuknya paham radikal ekstrem dalam pikiran oknum tertentu. Kita berani menolak dengan berpikiran bahwa itu kejahatan yang nyata, sehingga dapat menghukum badan dan kebebasan kita, karenanya patut ditolak.
Semoga makna Natal tahun ini membuat kita menjadi baru dalam hati dan pikiran. Kita bisa berpikir maju dalam sebuah kebaikan nyata agar kehadiran Yesus tidak sia-sia dalam hidup kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H