Sebenarnya, menghapus UN bukan berarti menghapus Bimbingan belajar saat ini. Toh juga pasti banyak siswa ikut bimbel sesuai kebutuhan masuk PTN.
Saya pribadi berpikir demikian. Selain itu, kita dorong saja Pak Nadiem agar memperhatikan guru honorer atau guru tidak tetap mendapatkan bantuan atau insentif dari pemerintah sebagai wujud menyejahterakan guru.
Saya juga berpikiran bahwa ada dampak baik penghapusan UN itu diganti Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.
Apalagi anak yang duduk di bangku Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama sangat tepat dibina dan dibangun karakternya agar menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa.
Anak-anak sangat mudah membentuk karakternya sejak dini ketimbang orang dewasa atau sekelas mahasiswa.
Anak-anak itu masih mau dibina, masih belum mengenal kata melawan orangtuanya dan guru. Kalaupun ada, itu hanya sedikit.
Ditambah lagi pembinaan karakter, literasi dan numerasi ditingkatkan, maka dampaknya sangat baik. Itulah keuntungan dari Asesmen  Kompetensi Minimum tadi sebagai pengganti UN.
Inovasi dari Nadiem Makarim ini sudah patut kita ikuti dulu. Nanti kita lihat kedepannya apakah efektif dan berdampak baik. Yang penting kita ikuti dulu hasil pemikiran beliau.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H