Mohon tunggu...
Juan Manullang
Juan Manullang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus FH Unika ST Thomas Sumut IG: Juandi1193 Youtube: Juandi Manullang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Demonstrasi Ricuh, Wahai DPR Dengarkan Suara Rakyat

24 September 2019   00:50 Diperbarui: 24 September 2019   02:26 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Situasi di negeri kita ini makin panas saja. Kali ini bukan karena pesta demokrasi, tetapi politik hukum di parlemen dalam rangka pembentukan UU. Hal itu terkait mahasiswa memprotes pengesahan UU KPK dan sejumlah RUU yang dianggap merugikan rakyat.

Aksi mahasiswa ini tidak hanya terjadi di Jakarta, berlangsung pula di Yogyakarta, Bandung, Cirebon, Malang, Jombang, Makassar dan Tanjungpinang. 

Terkait itu, kericuhan di gedung DPR sempat terjadi. Massa juga berusaha memblokade jalan tol, namun berhasil dicegat aparat. Ada juga yang terpantau mencorat-coret pagar kompleks parlemen menggunakan cat semprot (CNN Indonesia, 23/9/2019).

Kalau sudah begini, maka akan bahaya. Kericuhan akan membuat ketakutan dan aktivitas masyarakat terhambat. Tentu tak bisa dibiarkan agar tak berlarut-larut lagi. 

Saya punya solusinya, yaitu DPR di parlemen dengarkan suara rakyat. Tampung aspirasi rakyat yang mengharapkan kinerja baikmu. Rakyat saat ini sedang bergejolak karena dinilai RUU yang dibuat oleh DPR memiliki banyak kontroversi.

Suara rakyat adalah suara Tuhan. Sebab itulah, sebagai hasil pilihan rakyat, maka anggota DPR harus mendengar rakyat. Tak bisa diam bila situasi seperti ini sudah terjadi.

Jangan terlalu memperbanyak kepentingan politik dibalik RUU yang saat ini ingin disahkan DPR. Rakyat tidak menerima semua itu, sebelum aspirasi mereka ditampung.

Sebagai lembaga politik, harusnya tetap kepentingan rakyat yang diadopsi dalam sebuah RUU. Tak bisa DPR menampung opininya saja. Lihat reaksi masyarakat secara luas. Jika sudah terjadi ricuh seperti ini berarti RUU sangat mengedepankan kepentingan politik, sehingga rakyat marah.

Coba seandainya DPR cepat menampung aspirasi rakyat, mungkin tak akan seperti ini. Semoga hal ini didengar DPR. Cari jalan keluar yang terbaiklah. Ajak pendemo berdiskusi, sebenarnya apa yang mereka mau.

Apa tuntutan mereka terhadap DPR dan pemerintah. Itu yang kita harapkan. Kemarin setelah pemilu, kita juga ricuh tanggal 21 dan 22 Mei. Untuk bulan ini pun harapannya tidak ricuh sampai ke masa mendatang.

Selanjutnya, buat mahasiswa juga harus menahan amarah maupun emosi yang memuncak. Coba beraspirasi, beropini dan menyuarakan pendapat dengan cara yang baik, santun dan ramah terhadap masyarakat. Jangan sampai karena ricuh, masyarakat menjadi sulit beraktivitas.

Coba suarakan secara santun aspirasi kita. Saya yakin, semakin santun akan semakin didengar. Semoga DPR bersama pemerintah bisa mendengar aspirasi, pendapat masyarakat secara keseluruhan karena rakyat bebas beraspirasi dan berpendapat.

Semoga ada titik terang dari semua persoalan ini. Ada pasal yang mungkin diperbaiki sesuai ekspektasi masyarakat. Semoga saja sesegera mungkin DPR datang ke hadapan pendemo dan berjanji mewujudkan harapan mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun