Saya miris mendengar dan membaca berita mengenai seorang anak yang Menghabisi orangtuanya, padahal orangtua yang telah melahirkan dan membesarkannya. Nyawa orangtuanya hilang akibat kecanduan game PUBG.
Dilansir dari detik com, 11/9/2019, Pemuda tersebut bernama Raghuveer Kumbar, dia adalah pelajar yang sangat kecanduan game PUBG. Sebagian besar harinya dihabiskan dengan bermain game lewat ponsel.
Kejadian itu terjadi karena ayah menolak memberikan uang untuk membeli kuota data. Tidak terima, pelaku menghajar ayahnya. Â Tetangga dan polisi datang melerainya dan berhasil.
Keesokkan harinya, pelaku kembali meminta uang untuk beli kuota main PUBG, tetapi ayahnya marah, hingga terjadi perkelahian serta anaknya membunuh Ayah dengan pisau.
Miris membaca berita tersebut. Mengapa karena game yang tak berguna nyawa melayang?. Berarti candu game telah merusak otak Dan membuat anak buta mata, sehingga rela menghabisi nyawa ayahnya.
Ini menjadi pelajaran begitu berharga buat seluruh anak Indonesia. Meski kejadian itu terjadi di India, tetapi tak menutup kemungkinan bisa terjadi di Indonesia karena Candu game.
Wahai orangtua, kasihi dan didik anak-anak untuk menjadi generasi yang cerdas, mulia, bermoral dan berpengetahuan luas. Jangan biarkan anak menjadi budak dan candu game, sehingga sasaran tembaknya adalah orangtua itu sendiri.
Sebaiknya, kita membuka mata hati untuk tidak membiarkan anak terjerumus dalam dunia gelap internet. Jangan biarkan otak dan pikiran anak terkubur oleh kecanduan game.
Sungguh orangtua harus tegas, keras mendidik anak. Tidak membiarkannya bermain game dimana dan kapanpun tanpa ada batasan.
Kejadian di India adalah pelajaran berharga di era digitalisasi yang semakin luas dan menguasai pasar. Dunia digital harus manusia yang menggerakkan dan menguasainya. Bukan digital menguasai manusia.
Sebab itulah, kejadian seorang anak di India menghabisi Ayahnya adalah bentuk kejahatan yang serius. Kejahatan yang sulit diampuni dan perlu tindakan tegas bagi pelaku.
Ayo para orangtua di Indonesia, didiklah anak sebaik dan sekeras mungkin. Jangan perkenalkan dia dengan dunia game, tetapi perkenalkan dengan budaya saling menghormati dan literasi agar kedepannya dapat menjadi anak berguna.
Anak usia dini tidak perlu dibekali gadget, karena itu nanti yang merusak moral dan masa depannya. Mulai sekarang hentikan pemberian gadget pada anak usia dini, dimana semakin marak terjadi.
Jika ingin menjadi anak bermoral dan cerdas, maka itu harus dilakukan. Jangan nodai anak dengan pemberian barang-barang yang tidak dibutuhkan saat ini. Tetapi bina dia dengan beragam pelajaran penting terkait budaya saling menghormati, budaya literasi dan sebagainya, niscaya tak akan terjadi kejadian serupa di Indonesia. Semoga kita memahami dan mengerti demi kebaikan bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H