Mohon tunggu...
Juan Manullang
Juan Manullang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus FH Unika ST Thomas Sumut IG: Juandi1193 Youtube: Juandi Manullang

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Jokowi Makin Tegas, Kabinet Hak Prerogatif Saya!

14 Agustus 2019   21:30 Diperbarui: 14 Agustus 2019   21:30 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam proses pemilihan menteri dalam kabinet Jokowi-Ma'ruf Amin saat ini penuh kejutan. Banyak partai-partai waktu lalu yang ingin mendapatkan kursi terbanyak. Namun, apa mau dikata semua akan sirna, dimana Presiden Jokowi mengatakan komposisi menteri di kabinetnya adalah 55 persen dari profesional dan 45 dari partai politik.

Dalam pernyataannya, Jokowi mengatakan "Kamu tahu nggak kabinet itu apa?. Kabinet itu hak prerogatif presiden. Menteri itu adalah hak prerogatif presiden (detik.com, 14/8/2019). 

Artinya, Jokowi semakin tegas!. Dari pernyataan itu saya melihat presiden Jokowi tak mau disetir oleh parpol. Partai politik yang mengusungnya tetap mendapatkan kursi menteri, tetapi tak sesuai ekspektasi mereka, dimana inginnya mendapatkan yang terbanyak.

Jokowi makin mantap sepertinya di periode kali ini. Ketegasan akan terlihat. Setiap menteri yang lambat dan kurang berhasil akan langsung di reshuffle oleh Jokowi. Sungguh kita menantikan gebrakan jitu dari sosok Jokowi yang kita cintai. Kemungkinan besar dengan ketegasan ini akan membuat negara ini lebih berwibawa dan bermartabat.

Saya menantikan hal seperti ini dan tentu juga kita semua bangsa Indonesia. Di periode kedua pemerintahannya, Jokowi tak akan kasih kendur kinerjanya. Menteri harus habis-habisan bagaimana agar negara ini lebih baik dan tidak banyak cibiran atau nyinyiran yang tak layak untuk diperdengarkan.

Semoga tidak ada yang kecewa

Dari ketegasan Jokowi, saya berharap tidak ada partai politik yang kecewa karena tidak mendapatkan kursi terbanyak. Mohon agar partai politik koalisi Jokowi-Ma'ruf Amin memahami itu demi kebaikan bersama. Jangan nanti setelah pemerintahan berjalan, ada-ada saja partai politik yang ikut menyerang dan mengkritik tanpa bukti.

Kalau sudah berkoalisi sepertinya harus saling membantu dan mengasihi. Biarkan saja oposisi yang mengkritik keras dan koalisi jangan ikut menjatuhkan. Tidak ada politik sakit hati, apalagi balas dendam. Itu tak layak di negeri ini.

Oleh karena itu, semoga keputusan Jokowi tidak diperdebatkan oleh partai politik pendukungnya. Dan, tidak ada lagi partai politik yang masuk dalam kabinet selain dari partai koalisi yang mengusung Jokowi-Ma'ruf Amin terdahulu.

Ini pesan saja buat partai politik koalisi agar keputusan dari Jokowi diterima dengan lapang dada. Terpenting, ada menteri dari partai politik koalisi, meski tak banyak, tetapi harus disyukuri. Jangan mau minta banyak, ketika tak diberi malah sakit hati.

Keputusan dari Jokowi adalah untuk kebaikan. Saya melihat itu dari pernyataan beliau tersebut. Kita butuh tegas saat ini karena masih banyak yang ngawur-ngawur dan senang-senang saja sepertinya dalam bekerja, sehingga rakyat masih 50 persen merasakan perubahan. 

Dengan ketegasan kemungkinan besar pemerintahan akan berjalan lancar dan lebih terasa nikmatnya. Kenikmatan hidup itu yang kita cari di bumi dan di negara ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun