Menarik memang langkah politik Demokrat hari-hari ini. Mereka selalu berujar solid dengan koalisi Prabowo-Sandi. Akan tetapi, sebenarnya mereka sangat mau bila bergabung dengan Jokowi-Ma'ruf Amin.
Dilansir dari detik.com 12/6/2019, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Syarief Hasan mengatakan "Kalau kita diajak dan Partai Demokrat merasa cocok chemistry-nya ada ya kenapa tidak, ini kan untuk kepentingan rakyat. Jadi kami berpikir kalau kami punya program nah untuk menjalankan itu kan harus dijalankan lebih bagus oleh kader Partai Demokrat.
Kalau kita cermati teman pernyataan dari Pak Syarief Hasan ini, maka jawabannya, Demokrat mau bergabung dengan koalisi Jokowi bila diajak. Rasa itu ada sebenarnya, tetapi belum ditawarkan. Selain itu, perhatikanlah ungkapan beliau yang mengatakan "bila kami punya program, maka lebih baik dijalankan kader partai Demokrat".
Narasi yang digunakan itu bagi saya dan pengamatan saya adalah ketika bergabung dengan tim Jokowi-Ma'ruf Amin, maka ketika Demokrat punya program yang baik untuk bangsa dan negara, lebih baik Jokowi memilih kader mereka yang menjalankan itu.
Artinya, dengan kata lain, Demokrat meminta jabatan politik di pemerintahan untuk membantu Jokowi dalam masa pemerintahan periode 2019-2024. Yang paling santer diisukan adalah Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Jelas sudah, narasi politik Demokrat sudah terbaca. Ada kemauan dari meereka ikut dan diberikan tempat terindah di pemerintahan.
Malu tapi mau
Hal yang biasa bila manusia malu tapi mau. Dalam kehidupan kita sehari-hari pun seringnya begitu. Kita mau dengan sesuatu hal, dan ketika diberikan, mencoba untuk menolak, padahal hati sudah berkata mau. Mungkin kita pernah mengalami hal tersebut teman sekalian.
Demikian Demokrat yang mau bergabung, tetapi malu mengatakan dengan gamblang kemauan itu. Takutnya, akan ada yang terluka yaitu koalisi mereka di 02.
Beginilah politik yang penuh dengan intrik dan juga sensasi. Politik memang sulit kita terka dan baca secara gamblang maksud dan tujuannya, tetapi kalau kita amati dengan teliti, maka politik dapat terbaca maksudnya.
Demokrat bagi saya seperti masih menjaga perasaan dari koalisi mereka. Karena itu, setelah putusan Mahkamah Konstitusi dibacakan, maka saat itulah mereka akan menentukan arah politiknya. Kita saksikan saja apakah tim Jokowi-Ma'ruf Amin mau merayu dan mengajak mereka masuk koalisi atau tidak.
Saya meyakini, tidak seratus persen partai politik pengusung Jokowi-Ma'ruf Amin yang masuk dalam TKN akan menerima Demokrat maupun PAN masuk koalisi. Hal itu karena mereka tidak ikut berjuang demi pemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin dan untuk kepentingan mereka serta kenikmatan semata.
Istilahnya, kalau dari awal sudah tidak setia, maka untuk ke depannya pun tidak setia. Kemarin, Demokrat dukung Prabowo-Sandi dan tiba-tiba mau bergabung ke TKN Jokowi, pastinya akan ada koalisi TKN yang tidak terima. Tetapi, apapun itu, kita tunggu saja perkembangannya, apakah malu-malu tapi mau Demokrat akan menghantarkan mereka masuk koalisi TKN atau tidak.
Kita tunggu saja setelah putusan MK dibacakan, bagaimana perkembangan selanjutnya, akankah Demokrat masuk koalisi petahana. Kalaupun masuk koalisi, apakah Demokrat diberi kursi menteri atau tidak. Patut kita saksikan bersama.
Salam Kompasianer!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H