Aksi kerusuhan kemarin tanggal 21-22 Mei yang disusupi juga ancaman "pembunuhan" empat tokoh nasional memang sangat disayangkan. Bisa-bisanya hal itu dilakukan disaat pengumuman hasil pesta demokrasi kita. Itu adalah aksi melukai demokrasi yang ada di negeri ini.
Ancaman itu pun sebagaimana diperoleh dari Mabes Polri turut dialamatkan kepada Menko Polhukam Wiranto dan tiga tokoh lainnya. Dari ancaman tersebut, ada pernyataan dari Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu terkait ancaman tersebut.
Beliau tak yakin ada kelompok yang benar-benar ingin membunuh empat pejabat negara saat kerusuhan 21-22 Mei lalu. Â Akhirnya Wiranto menanggapinya agar Ryamizard tidak berspekulasi dan menunggu proses hukum berjalan (cnnindonesia.com, 31/5).
Jika dicermati bersama bahwa yang dikatakan Pak Wiranto adalah bentuk kewaspadaan pada diri sendiri. Tak bisa asal spekulasi. Hanya merasa saja, tanpa ada kewaspadaan. Bisa saja apa yang diucapkan benar terjadi. Maka, benar kata Wiranto agar tidak mudah berspekulasi. Yang terjadi rakyat juga mengatakan hal demikian, sehingga opini publik semakin luas.
Setiap orang memang diminta untuk waspada dalam segala hal. Apalagi di bulan Ramadan ini, perlu waspada terhadap makanan dan minuman kedaluwarsa dan berbahaya. Waspada terhadap peredaran uang palsu. Intinya, perlu kewaspadaan dalam segala hal.
Apalagi terkait ancaman "pembunuhan" tersebut tentu setiap orang takut bila diancam seperti itu. Tak mungkin kita bersantai-santai karena itu hanya sekedar ancaman. Perlu waspada, karena aksi kejahatan kapanpun bisa datang kepada kita.
Lagipula, kalau kita perhatikan pihak kepolisian dari Mabes Polri telah menyita senjata api dari para pelaku. Itu membuktikan bahwa momen yang tepat belum tiba. Jika andai momen itu pas, tanpa ada kewaspadaan, maka habis sudah nyawa.
Saya sendiri sepakat dengan Pak Wiranto untuk tidak berspekulasi karena ini masalah nyawa. Semoga jawaban tegas dari Wiranto mampu memberikan teguran buat Menteri Pertahanan Ryamizard untuk tidak lagi berspekulasi. Perlu waspada sembari kita ciptakan keamanan melalui aparat kepolisian yang bertugas. Â
Bayangkan saja, masih termasuk banyak warganegara kita yang mau melakukan sesuatu kejahatan karena dibayar. Semua itu karena kebutuhan. Kita ketahui bahwa pelaku juga diduga dibayar oleh oknum tertentu dan pihak kepolisian juga menyita sejumlah uang. Jadi, oknum pelaku itu dapat bertindak beringas kapanpun, yang penting ada waktu yang tepat melakukan serangan kepada empat tokoh nasional yang ditarget itu.
Dari kejadian ini, kita mendapatkan edukasi untuk terus berhati-hati dan waspada. Menjaga diri dari segala aktivitas. Dan, di bulan suci Ramadan ini yang sudah mendekati Idulfitri tentu waspada harus ekstra ketat. Pihak kepolisian pun ikut menciptakan keamanan agar tidak ada ancaman terorisme juga.
Pada intinya, kita harus waspada dimanapun berada. Aksi kejahatan akan dapat dilancarkan bila ada kesempatan, maka waspadalah seperti kata Bang Napi. Jangan banyak berspekulasi karena itu hanya anggapan saja atau opini atau pendapat pribadi.
Tak bisa hanya beropini dalam menjaga keselamatan, perlu kewaspadaan, penjaga keamanan dan ketertiban untuk menjamin keselamatan jiwa kita. Semoga bermanfaat.
Salam Kompasianer!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H