Mohon tunggu...
Juan Manullang
Juan Manullang Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Alumnus FH Unika ST Thomas Sumut IG: Juandi1193 Youtube: Juandi Manullang

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bully-an terhadap Bu Ani Bukti Tingkat Kedewasaan Masih Rendah

28 Mei 2019   12:22 Diperbarui: 28 Mei 2019   12:45 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: liputan6.com

Begitu sakit, pahit dan pedihnya perasaan Pak Susilo Bambang Yudhoyono dan keluarga ketika mendengar dan membaca bully-an yang mengarah kepada Bu Ani yang sedang sakit.

Pak SBY bersedih Bu Ani dibully netizen. Ada yang menuduh dan mencerca kami berdua, bahwa seolah sakitnya Ibu Ani itu hanya alasan buat SBY untuk tidak berkampanye, saya sungguh bersedih dan Ibu Ani harus meneteskan air mata mendengarnya, kata beliau. Selanjutnya, Pak SBY mendoakan agar yang bersangkutan (pem-bully) tidak menderita penyakit kanker darah seperti yang dialami istrinya (detik.com, 27/5/2019).

Beginilah untuk kesekian kalinya kalau kita tak dapat santun bermedia sosial. Apa yang kita lihat dan dengar dapat jadi cacian bagi orang lain. Kita tak tahu apa-apa, tetapi jadi orang lain kena imbasnya. Oknum netizen pem-bully Ibu Ani tersebut perlu disadarkan, kalau tidak tahu informasi, maka tak perlu komentar. Ada-ada saja prediksi dan anggapan buruk dalam pikiran oknum pem-bully Bu Ani, sehingga mengkaitkan sakit Bu Ani alasan untuk tidak berkampanye. Gawat sudah!.

Rendahnya tingkat kedewasaan

Kalau bagi saya pribadi oknum yang suka mem-bully dan melontarkan kalimat yang tidak sedap itu adalah ciri-ciri orang yang tingkat kedewasaannya rendah. Layaknya seperti anak-anak. Kalau kita perhatikan teman kompasianer sekalian anak-anak, pasti sering sekali bertindak mengejek temannya. Kadangkala menyebut nama orangtua sembarangan sebagai bahan ejekan. Saya juga mengalami itu ketika masih anak-anak.

Nah, begitulah oknum netizen pem-bully tersebut. Dia mem-bully seakan-akan tidak tahu bahwa tindakan itu berbahaya bagi mental seseorang. Karena mem-bully tingkat kepercayaan diri bisa drop dan malu untuk bertemu orang lain. Saya meyakini pem-bully Bu Ani itu pasti sudah dewasa, maka dari itu saya mengatakan tingkat kedewasaannya masih rendah ibarat anak-anak.

Orang yang sedang sakit saja dibully sesuka hatinya. Ini bahaya sekali di kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Harusnya didoakan dan diberi kesehatan oleh Tuhan kepada Bu Ani agar lekas sembuh dan dapat beraktivitas seperti sediakala. Itu harusnya terlontar dari bibir para oknum netizen tersebut.

Ini malah berprasangka buruk yang sangat melukai hati keluarga Pak SBY. Sangat disayangkan sekali. Semoga saja dengan artikel ini dapat menyadarkan para netizen untuk tidak suka mem-bully di media sosial dan di lingkungan sekitar.

Kita sama-sama belajar untuk menjadi orang baik. Saya pun belajar untuk menjadi orang baik, bagaimana saya bisa disenangi dan diterima oleh khalayak luas. Saya juga belajar untuk tidak menjadi netizen yang suka mem-bully dan di kehidupan sehari-hari pun begitu.

Semua itu agar tercipta keselarasan dan perdamaian diantara kita. Cobalah bayangkan sampai Bu Ani menangis seperti itu. Tandanya beliau begitu bersedih dan hanya mampu menangis dan tak bisa menegur dan memarahi oknum netizen tersebut.

Kemurah-hatian

Saya juga mengacungi jempol dengan tindakan Pak SBY yang mendoakan pem-bully tidak seperti Bu Ani terkena penyakit kanker darah. Itu bentuk kemurah-hatian beliau menurut saya. Beliau belajar bagaimana untuk bersabar dan menerima apapun yang mengarah pada pribadinya dan keluarga.

Beliau sudah mengajari kita bagaimana untuk menjadi orang yang lebih baik dan menuju pada kesempurnaan. Mau memaafkan, meski kita sudah dilukai. Itu sungguh luar biasa!!. Coba kita bayangkan juga bagaimana Tuhan Yang Maha Esa memberikan nafas kehidupan, kesehatan dan rezeki serta segala apa yang kita minta mampu dikabulkannya, tetapi kita tidak diminta balasan oleh Tuhan.

Saya sebagai umat katolik dan kita umat Kristen semuanya, juga mengingat bagaimana Yesus Kristus rela mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Yesus tak mau membalas bentuk penindasan, kekerasan dan pemukulan atau siksaan terhadap dirinya sebelum disalibkan. Tujuan Yesus mati di kayu salib hanya untuk menebus dosa manusia dan menuju pada keselamatan. Terlihat kemurah-hatian, kebijaksanaan dan kasih setia Yesus tersebut.

Nah, kita juga diajak untuk seperti itu dan belajar dari Pak SBY menerima bully-an tanpa harus membalas. Semoga kita bisa teman-teman sekalian. Saya juga belajar untuk itu.

Salam Kompasianer!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun