Puasa di bulan suci Ramadan ini sudah berlangsung kira-kira hampir tiga minggu. Meski saya non muslim, tetapi saya tahu bahwa puasa itu adalah menahan hawa nafsu bukan hanya untuk tidak makan dan minum, tetapi juga perilaku ataupun tindakan kita juga harus dalam arah yang positif bukan melakukan tindakan yang melanggar nilai dan norma yang ada. Puasa juga dalam berucap kasar, nyinyir, fitnah dan lain sebagainya.
Bulan suci Ramadan ini membuat kita harus berbuat baik dalam segala hal. Kesucian Ramadan harus dijaga oleh kita tentunya. Jangan membuat keonaran, gesekan dan konflik antar bangsa. Mari kita melakukan hal yang baik karena memang tak sulit melakukannya jika ada kemauan.
Terkait itu Prof Dr. Azyumardi Azra MA CBE menyatakan "Puasa Ramadan adalah pengendalian diri untuk mewujudkan kebersamaan. Oleh karena itu, setiap dan seluruh mereka yang beriman dan berpuasa wajib menjauhkan diri dari perbuatan sia-sia yang mengandung mudarat seperti unjuk rasa yang menjadi anarki. Beliau juga menanggapi rencana demo besar-besaran besok merupakan ekspresi hawa nafsu, padahal puasa itu menahan hawa nafsu (mediaindonesia.com, 21/5/2019).
Dari pernyataan beliau tersebut, jelas sangat tidak mendukung demo yang diagendakan besok akan dilakukan dan tadi juga dilakukan. Sangat disayangkan, harusnya pihak yang ikut demo dan berpuasa tadi sudah tak mampu menahan hawa nafsunya. Ditambah lagi, esok hari ada agenda demo juga. Prihatin juga kita melihat agenda tersebut.
Jangan nodai Ramadan
Kita sepakat bahwa tak mau adanya demo-demo menuntut hasil pemungutan suara pemilu. Kalau mau menuntut, ya silahkan saja ke Mahkamah Konstitusi. Mengapa harus pakai demo?. Demo memang hak segala bangsa, tetapi tidak tepat menyuarakan dan menuntut adanya dugaan kecurangan terstruktur, sistematis dan masif. Sekali lagi silahkan ke MK saja.
Kalau demo telah menodai kesucian Ramadan, karena nafsu menyuarakan aspirasi tidak tepat. Ayo kita bijak saja dalam berpikir dan bertindak. Sadarlah, dalam berdemokrasi dan berhukum ini. Ketidakpercayaan terhadap pesta demokrasi, KPU, Bawaslu dan MK adalah tindakan yang buruk. Jadi, maunya percaya pada siapa?.
Jangan maunya dimenangkan, tetapi kenyataannya memang tidak menang. Rakyat sudah memilih dengan menjunjung tinggi demokrasi waktu mencoblos di TPS, jadi hargai itu. Kecurangan yang diduga itu bukan disuarakan karena tak dapat memberikan hasil. Ayo ke MK saja. Percaya saja ke MK karena mereka kredibel dan berintegritas.
Kasihan sekali demokrasi kita ini menjadi tercoreng dan Ramadan juga demikian dengan adanya aksi demo. Apa susahnya menolak demo itu dan mengutamakan aspek yang lebih beretika?. Tidak ada yang sulit. Saya jadi berpikiran bahwa pihak yang kalah ingin menangnya saja. Ingin apa yang mereka mau dan pikirkan dikabulkan oleh penyelenggara pemilu dan lembaga hukum. Itu salah besar!.
Suara rakyat sudah diberikan dan hasil sudah jelas, jadi hormati itu. Kalah bukan akhir dari perjuangan, tetapi awal untuk berjuang jadi lebih baik lagi.
Mari kita berdamai