Mohon tunggu...
Juanda Rizki
Juanda Rizki Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Padang

Saya hobi Jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Candi Muaro Jambi! KKL Jurusan Sejarah Angkatan 23 UNP

29 Mei 2024   17:16 Diperbarui: 31 Mei 2024   19:02 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Candi Gumbung (Foto: Dokumentasi Pribadi)

Candi muaro jambi merupakan komplek candi peninggalan agama Hindu-budha peninggalan kerajaan Sriwijaya dan kerajaan melayu. Candi ini merupakan yang terluas di Asia tenggara, dengan luas kurang lebih 3981 hektar, 8x lebih besar dari Candi Borobudur. Candi muaro jambi terletak di kecamatan maro sebu, Kabupaten Muaro Jambi, Provinsi Jambi, Tepatnya terletak di tepi sungai Batang hari. Candi tersebut diperkiran berdiri dari abad ke 7 sampai 12 M. Candi ini juga merupakan candi terbesar yang paling terawat pulau sumatera.

Pada zaman dahulu Candi Muaro tidak hanya dijadikan sebagai tempat ibadah, tetapi juga dijadikan pusat Pendidikan dan Kebudayaan. Keunikan dari candi Muaro Jambi yaitu dibangun dari batu bata tanpa semen, tekniknya memanfaatkan air dan matahari. Pada tahun 2009 Candi Muaro Jambi ditetapkan sebagai situs warisan dunia oleh UNESCO.

Candi Tinggi (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Candi Tinggi (Foto: Dokumentasi Pribadi)
Berdasarkan informasi dari pemandu wisata Candi Muaro Jambi, Candi tersebut ditemukan tahun 1820 oleh seorang letnan inggris bernama S.C Crooke yang melakukan pemetaan daerah aliran sungai sungai Musi dan sungai Batanghari. S.C Crooke mendapat laporan dari masyarakat yang menemukan patung, berhala dan semacamnya yang membuat masyarakat menjadi takut, lalu laporan tersebut dilanjutkan oleh Sneiger pada tahun 1830, beliau merupakan orang belanda yang diberi julukan Kerbau putih oleh masyarakat. Tujuan Sneiger datang ke Muaro jambi yaitu untuk melakukan penelitian. Tahun 1978 Sneiger melakukan Pembugaran 2 buah Candi yang saat itu tertutup tanah dan semak-semak yaitu Candi Gumbung dan Candi Tinggi. Sebelum dilakukan pembugaran, daerah tersebut merupakan daerah perkebunan masyarakat setempat.

Saat Pembugaran, Dilakukanlah pengupasan gundukan tanah hingga tersisa satu lapis batu bata. Hasilnya ditemukan 18 lubang, kurang lebih ada tiga buah lubang yang kosong dan beberapa lubang lainnya berisi Cekuk emas, batu mulia serta manuskrip (Gulungan kertas kecil berisi mantra dan kosa kata melayu terbuat dari emas), Berbeda dengan Manuskrip yang ditemukan di sungai batanghari yang terbuat dari timah.

Didepan candi Gumbung,Terdapat sebuah patung gajah yang merupakan lambang dari amarah yang disebut Makara, Patung makara berada tepat didepan candi Gungbung. Makna dari makara tersebut yaitu, Seseorang yang ingin memasuki Candi dengan amarah harus meninggalkan amarahnya diluar terlebih dahulu sebelum melangkahkan kaki memasuki Candi.

Penulis: 

Kiki Gantari
Kiki Gantari
Juanda Rizki
Juanda Rizki

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun